BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengutip pendapatan
Muhammad A. Buraey
yang menegaskan bahwa dewasa ini administrasi menjadi salah
satu disiplin ilmu yang sangat penting, baik sebagai bidang kajian ataupun
praktek, lantaran adminitrasi berada dipusat seluruh kegiatan dan
berkepentingan dalam seluruh
tingkat pemerintahan modern
baik nasional, negara, atau
lokal. Fungsi-fungsi administrasi
dalam masa modern menunjukkan betapa
pentingnya untuk mengembangkan
program sistem pendidikan masyarakat,
pembaharuan kehidupan bertetangga,
mengawasi kerja organisasi,
mengatasi permasalahan lingkungan bahkan dalam membangun suatu peradaban baru.[1] Hal ini
menunjukkan nilai strategis dari admiistrasi sebagai ilmu.
Kita bisa
melihat, bahwa istilah Administrasi itu
bukan hal yang asing lagi dalam
kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kita juga
sering menjumpainya dimana saja dan kapan saja dalam aspek
kehidupan kita. Namun, banyak orang yang tidak tahu dan mengerti tentang
apa arti dan
makna yang sebenar -benarnya tentang administrasi. Oleh
sebab itu, pentingnya
pelajaran/studi administrasi untuk dipelajari dan
difahami oleh manusia
untuk lebih mengenal
dan tahu tentang administrasi yang sebenarnya.


Apalagi saat,
dunia terus berkembang dan kehidupan masyarakat kita terus maju dengan
segala perubahannya yang
sangat cepat dan
pesat. sehingga untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan timbul didalam masyarakat itu,
antara negara,organisasi dan masyarakat sendiri harus melakukan
kerjasama.
Dalam pelaksanaan
pembangunan transportasi dan
perhubungan stabilitas
nasional, kemajuan ekonomi
dapat berlangsung dengan
cepat, mudah dan
tepat waktu melalui proses pengelolaan secara Administratif.
Ilmu Administrasi
yang terdiri dari
publik maupun Bisnis,
sangat besar sekali peranan
dan sumbangannya dalam
proses kemajuan dan
peradaban kehidupan manusia. Dengan
demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa administrasi
itu sangat dibutuhkan sekali oleh manusia. Kita sebagai manusia sulit
sekali membayangkan bagaimana
kelangsungan hidup manusia
dalam proses sekarang yang
modernisasi tanpa adanya
seorang
pemimpin/administrator yang
menggerakannya.
Disisi lain
Islam sebagai agama
yang rahmatan lil’alamin
dengan sumber hukum al
Quran dan as
Sunnah telah mengajarkan
bagaimana administrasi mengelola individu
dan negara, walaupun dalam
al qur’an tidak
di jelaskan secara terinci
dan analitis, sehingga
diperlukan penjelasan terhadap
hukum al Quran dan merupakan
tambahan bagi sumber hukum Islam. Di dorong oleh permasalahan tersebut maka
penulis menyusun makalah dengan judul Administrasi Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari Administrasi
Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Administrasi
Islam sebagai Disiplin Ilmu?
3.
Bagaimana Administrasi
Islam dalam Sejarah?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
Administrasi Islam di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui Administrasi
Islam sebagai Disiplin Ilmu.
3.
Untuk mengetahui Administrasi
Islam dalam Sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Administrasi Islam di Indonesia
Sebelum panjang lebar membahas administrasi islam di
Indonesia, perlu kiranya dimengerti lebih dahulu definisi administrasi,
administrasi islam dan administrasi islam di Indonesia. Membahasa tiga kata ini
cukup penting agar tidak salah arah dan pikiran mengkaji administrasi islam di
Indonesia. Demikian pula masing-masing kata-kata itu membawa konsekuensi
pengertian tertentu yang agak berlain.
Apa admnistrasi itu? Untuk mengetahui pengertiannya
coba perhatikan dua contoh kalimat berikut. (a) untuk menyelesaikan urusan ini
diperlukan ongkos administrasi sebayak Rp. 5.000,-. (b) perguruan tinggi x
tidak tampak kemajuannya meskipun didirikan sepuluh tahun yang lalu.
Dua contoh kalimat di atas menggunakan kata
administrasi tetapi mengandung arti yang berbeda. Dalam contoh yang
pertama diartikan secara sempit yang berkisar pada masalah pencacatan.. ongkos
administrasi menunjukan pada adanya dana yang harus dibayarkan sebagai imbalan
atas pekerjaan tulis menulis. Intinya, administrasi secara sempit diartikan
sebagai “pencatatan”, tulis menulis dan kerja kantor”.
Dalam contoh yang kedua, administrasi diartikan secara
luas, yang berarti “pengaturan, pengelolaan, pengurusan ataupun managemen”.
Contoh yang kedua diatas memperlihatkan bagaimana sebuah perguruan tinggi yang
sudah cukup tua usianya itu, tidak tampak kemjuaannya. Oleh karena itu, mungkin
saja masalahnya terletak dalam administrasi (pengaturan, pengelolaan dan
seterusnya) perguruan tinggi tersebut sehingga tidak kelihatan maju (Suharsini Arikunto, 1990:31).


Dalam arti luas sebagaimana oleh Jhon.M.pfiffner dan
Robert Vance Presthus (1960) bahwa administrasi ialah sesuatu kegiatan atau
proses yang terutama berkenan dengan uapaya/jalan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Demikian pula Sondang P.Siagian merumuskan administrasi
sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetntukan sebelumnya.
Apa yang dikemukakan oleh dua ahli administrasi itu,
dapat dikemukakan bahwa administrasi itu adalah sebuah proses dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan sekelompok orang. Seluruh prosese itu bertujuan untuk mengatur
jalannya kegiatan yang telah dirancanakan.
Adminitrasi dalam pengertian luas ini lebih ditekankan
pada prosese penyelenggaraan kegiatan. Sebagai proses kegiatan, administrasi
dapat dilakukan oleh siapa saja. Contoh, si A ingin membuka tokok kelontong. Ia
kemudian merencanakan apa saja yang akan dijual dan dari mana modal diperoleh.
Setelah direncanakan, kemudian ia membeli barang, mengatur keluar masuk uang,
melayani orang belanja dan sekaligus mengawasi barang-barangnya. Semua tindakan
si A ini termasuk ke dalam tindakan seorang administrator.
Apa saja yang termasuk kegiatan yang dilakukan si A
itu kegiatan yang dilakukannya ialah merencanakan toko, merencanakan isinya,
merencanakan modal, membeli peralatan, membeli barang, mengatur keuangan,
melayani orang belanja, mengawasi barang dan sebagainya. Semua kgiatan ini
dinamakan administrasi. Tujuan yang henda dicapainya ialah kesejahtraan
keluarga.
Kalua toko si A itu telah berkembang, tetntu saja
prosese kegiatan itu tidak lagi bisa dilakukan sendirian. Ia membutuhkan orang
lain untuk ikut serta menjalankan usahanya. Dari sinilah mulai organisasi.
Organisasi itu wadah dan tempatnya administrasi. Untuk menjalankan tokonya
secara baik, diperlukan tenaga-tenaga ahli untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dinamakan manajemen.
Dengan demikian, dalam melakukan kegiatan administrasi
seseorng administrator dibantu oleh beberapa orang dalam menjalakna
tugas-tugasnya utuk mencapai tujun yang telah ditetapkan. Kerja sama antara
orang-orang itu ditempatkan disuatu wadah organisasi. Agar orang-orang yangb
bekerja sama itu bekerja sesuai yang diharapkan, maka mereka perlu digerakan
oleh seorang administrator. Tindakan menggerarakan orang-orang mencapai
tujuannya itu dinamakan managemen. Atau dengan kata lain managemen itu prosese
koordinasi yang meliputi kegiatan mengarahkan dan menyelarasakan tindakan para
pahlawan, sumber-sumber dana, alat perlengkapan, metode bekerja, waktu dan
tempat menuju pada sasaran yang telah ditetapkan (Mirrian Syofian Arif,
1995;16)
Lalu, apa
administrasi Islam itu? Administrasi islam adalah proses penyelenggaraan
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa seorang islam di mana
kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Allah dan Rasullnya untuk
tujuan yang diridhai Allah.
Disini terlihat bahwa administrasi islam lebih
menekankan pada aspek nilai. Sumber utama yang digunakan sebagai panduan dalam
beradministrasi itu adalah al-Qul’an dan As-Sunnah serta perilaku sahabat dan
para tabi’in. Misalnya, seorang administrator islam harus memiliki sikap tulus
dalam bekrja, memandang dunia hanya tempat untuk sementara dan bekerja
merupakan bekal akhirat, meletakan dirinya sebagai hamba Allah dalam
menjalankan aktifitas administrasinya (Fzlul Karim, 1963:580)
Dengan demikian, administrasi islam merupakan kajian
teoterik yang sumber-sumbernya berasal dari wahyu. Kajian administrasi islam
kemudian dikembangkan oleh para ulama yang disusun dalam karya-karya mereka
seperti Abu Yusuf, Al Ghazali, Ibnu Tarmiyah, Ibnu Khaldun dan sebagainya.
Sekali lagi administrasi islam merupakkan kajian
teoritik mengenai konsep-konsep administrasi dalam islam. lalu bagaimana dengan
administrasi islam di Indinesia ? administrasi Islam di Indonesia merupakan kajian mengenai
implementasi administrasi islam yang bercorak ke Indonesiaan. Kajiaanya
berupaya menyuguhkan praktek administrasi islam di Indonesia. Oleh karena itu,
ia bukan lagi mengkaji secara teoritik administrasi islam.
Definisi yang mungkin diketengahkan mengenai
administrasi Islam di Indonesia ialaha proses penyelenggaraan kegiata yang
dilakukan oleh seorang atau beberapa orang islam dalam wadah tertentu melalui
suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan memahami pengertian administrasi, administrasi
islam dan administrasi islam di Indonesia dapat dikemukakan bahwa administrasi
mengkaji secara teoritik konsep-konsep administrasi pada umumnya, administrasi
islam mengkaji konsep-konsep administrasi dari sumbernya yang otentik dan
administrasi islam di Indonesia mengkaji implementasi administrasi islam yang
bercorak ke Indonesiaan dalam prakteknya sehari-hari.
B. Administrasi
Islam sebagai Displin Ilmu
Dalam khazanah ilmu-ilmu
Islam, tidak akan ditemukan kata “administrasi Islam”. Demikian pula dalam
al-Qura’an, kata administrasi tidak ditemukan. Paling tidak akan ditemukan
istilah “idarah” yang pengertiannya mirip dengan administrasi. Dalam al-Quran
ata administrasi disepadankan dengan kata yudabbiru yang artinya mengarahkan,
melaksanakan, mengelola, menjalankan, merekayasa, mengemudikan, mengatur,
mengurus dengan baik dan membuat rencana. Kata ini ditemukan dalam al-Quran
surat 10 ayat 3 dan 31, surat 13 ayat 2 dan surat 32 ayat 5 (Cowan, 1976).
Filosofi dasar administrasi
Islam berpusat di sekitar konsep keluhuran, kesalehan, keadilan, persamaan dan
keadilan sosial. Misalnya masalah administrasi negara dalam Islam bukan saja
hanya menekankan pemerintah yang harus bertaut dengan agama, melainkan
administrasi yang berakar pada nilai dan etika Islam.
Demikian pula pelaksanaan
administrasi Islam itu harus didasari dengan prinsip musyawarah. Oleh karena
itu tidak dikenal seorang administrator yang otoriter dan diktator, melainkan
hanya mereka yang shalih, takut kepada Allah, adil dan mampu melaksanakan tugas
yang layak dipercaya mengemban tugas administratif. Demikian prinsip dasar
al-Quran mengenai administrasi Islam.
Penulusuran administrasi
Islam sebagai ilmu dapat dimulai dari penelusuran al-Quran yang memuat prinsip
dasar administrasi sebagaimana telah dikemukakan, kemudian penelusuran terhadap
hadits Rasul yang menyebutkkan bahwa, “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya”.
Cara lainnya dilakukan
dengan menelusuri karya-karya klasik para ulama yang menguraikan mengenai
pengaturan masalah-masalah tertentu, misalnya al-Mawardi (450 H) dala Al-ahkam
al-Sulthaniyyah, ibnu Taimiyah (661-728 H) dalam al-Siyasatu al-Syar’iyyah fi
ishlah al-ra’I wa al’ra ‘iyyah, Qalqasandi dalam Subh al-A ‘sha fi Sina ‘at
al-Insya (Kairo, 1919), Abu Yusuf dalam al-Kharraj, Imam al-Syafi’I dalam kitab
al-kharraj, Ibnu Qudamah, dalam al-Kharraj wa sana’at al-Kitabah.
Selain itu adapula
beberapa penulis modern yang mengupas masalah administrasi Islam, misalnya
al-Kettani dalam al-Tartib al-Idariyyah, sherwani dalam Studies in Muslim
Political Thought and Administration, dan Husaini dalam Arab Adminisration dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian ini,
administrasi Islam memiliki sumber otentik dari al-Quran dan al-hadist sampai
kemudian dikembangkan oleh beberapa ulama, cendekiawan dan pemikir muslim
lainnya dari berbagai kawasan dalam karya-karya mereka. Demikian pula dalam
sejarah, bagaimana dasar-dasar administrasi Islma ini diletakan dan
dipraktekan.
C. Administrasi
Islam dalam Sejarah
Sejarah administrasi
Islam untuk pertama kali dapat ditelusuri dari masa rasul. Pada masa Rasulullah
praktek administrasi telah dicontohkan secara baik dalam kehidupannya, baik
dalam mengatur masalah politik, ekonomi dan masyarakat.
Pada masa ini, segala urusan
terpusat pada rasul dengan mesjid sebagai wadah organisasinya. Mungkin dalam
sejarah Islam organisasi pertama adalah mesjid. Di mesjid Rasul memimpin
shalat, memberi nasihat, menerima tamu, mendiskusikan problem ummat, mengirim
surat kepada raja dan kepala negara lainnya.
Dari catatan sejarah
dapat diketahui bahwa keputusan administrasi pertama dan terpenting yang
dilakukan Rasulullah yaitu ketika beliau merencanakan, mengorganisasi dan
melaksanakan emigrasi bagi sahabatnya ke Abisinia (Ethiopia), disusul oleh
keputusan kedua Rasulullah dalam merencanakan, mengorganisasikan dan
mengadministrasikan hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun I (662 M).
Pigur Rasul ditempatkan
sebagai pigur pusat dalam pengambilan keputusan. Namun, dalam menjalankan
fungsi administratornya, Rasulullah melakukan musyawarah untuk setiap
penyelesaian masalah politik, perang dan sebagainya. Kemudian Rasulullah juga
membentuk dan mengangkat para mentri dan sekretaris. Jabatan-jabatan penting
yang dibuat oleh Rasul saat itu ialah al-Wali
(gubernur), al-‘amil (pengumpul
pajak) dan al-qadhi (hakim).
Jabatan al-Wali ditugaskan Rasul untuk memimpin
beberapa daerah, seperti Madinah, Tayma, al-janad, Banu Kindah, Mekkah, Najran,
Yaman, Hadramaut, Uman dan Bahrin (Muhammad al-Burey, 1985: 254). Demikian pula
ditugaskan aml sebagai pengumpulan
zakat dari umat Islam di beberapa daerah, juga ditarik jizyah (pajak perlindungan) dari kaum non muslim yang tinggal di
daerah muslim. Para hakim pun diangkat di beberapa daerah untuk menyelesaikan beberapa
kasus.
Pengankatan wali, ‘amil dan qadhi merupakan
suatu bentuk awal dalam melakukan pembagian tugas dan pemberian wewenang yang
dipraktekan Rasulullah.
Pendapatan negara yang
didirikan rasul masih sangat terbatas. Rasulullah tidak memiliki Departemen
keuangan. Pendapatan selain diperoleh dari zakat, sadaqah dan jizyah juga
dipungut dari kharraj (pajak tanah), fay (pendapatan dari tanah negara) dan ghanimah (rampasan perang).
Masalah pertahanan
dipipimpin sendiri oleh Rasul sebagai panglima perang, termasuk mengurusi
masalah pengadaan senjata, perlengkapan, dan pemberian komando. Ringkasnya,
Rasulullah sebagai panglima tertinggi pasukan muslim di Madinah. Dalam diri
Rasul merangkap beberapa jabatan, yaitu Kepala Negara, Panglima Tertinggi,
Hakim dan Mufti.
Dengan demikian,
Rasulullah telah menjalankan fungsi administrator pada saat itu. administrasi
semacam itu ditegaskan atas dasar syari’ah disamping adanya kesadaran dari
pengikutnya, yang menurut sarjana administrasi terkemuka telah menunjukan adanya
kecenderungan mutakhir dalam pemikiran adminitrasi modern (Abdul Hadi,
1970:72).
Demikialah cuplikan
ringkas administrasi Islam pada masa Rasul. Model implementasi administrasi
Islam ini kemudian diwariskan dan diteruskan dengan berbagai inovasi-inovasi oleh
para sahabat hingga mencapai puncaknya sebagai “administrasi modern” di tangan
Umar Bin Khattab untuk ukuran saat itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Administrasi islam adalah
proses penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa
seorang islam di mana kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Allah
dan Rasullnya untuk tujuan yang diridhai Allah.
·
Penulusuran
administrasi Islam sebagai ilmu dapat dimulai dari penelusuran al-Quran yang
memuat prinsip dasar administrasi sebagaimana telah dikemukakan, kemudian
penelusuran terhadap hadits
·
Dimasa
Zaman Rasullah merupakan awal mula adanya administrasi Islam
DAFTAR PUSTAKA
·
Hadi
Abdul. 1970. Al-Idarah al-Ammah fi al-Duwal al-Arabiyyah. Kairo, Dar
el-fikr al-Arabi.
·
Muhammad A. Al Buraey, Islam:
landasan alternatife administrasi pembangunan, CV. Rajawali (Jakarta, 1986).
Terjmah dari Achmad Nashir Budiman, Administrative Development: an Islamic
Perspective
·
Sumantri
Ii. 2002. Administrasi Islam.
Bandung: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati.
·
Soekarno.
1986. Dasar-Dasar Managemen, Miswar, Jakarta
[1] Muhammad A. Al Buraey, Islam: landasan alternatife administrasi
pembangunan, CV. Rajawali (Jakarta, 1986). Terjmah dari Achmad Nashir Budiman,
Administrative Development: an Islamic Perspective
No comments:
Post a Comment