Pages

Monday, August 19, 2019

MAKALAH Manajemen konvensional Dengan Manajemen Islam Dan Konvensional Administrasi Islam Serta Perbandingannya


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada, manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen.
Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia pertama menghuni dunia dengan tekun telah menata sejarah kehidupan manusia tahap demi tahap dengan tatanan yang perspektif. Tatanan kehidupan manusia melalui tata cara yang selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tatanan kehidupan yang tertata baik dan terarah merupakan sendi-sendi manajemen yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia.
Tatanan kehidupan manusia dari berbagai bentuknya secara serta merta tidak akan terlepas dengan yang namanya manajemen dari bentuk dan keadaan yang multi dimensi. Tentunya manajemen menjadi keniscayaan bagi kehidupan manusia untuk selalu di inovasi sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga manajemen bisa memberi manfaat yang lebih baik. Disini penulis akan membahas manajemen dalam agama islam dan perkembanganya.

1.2.            Rumusan Masalah
a.       Bagaimana pembahasan Manajemen konvensional?
b.      Bagaimana pembahasan manajemen islam ?
c.       Bagaimana perbandingan Manajemen Konvensional dengan Manajemen Islam?
d.      Bagaimana pembahasan Administrasi?
e.       Bagaimana pembahasan Administrasi Islam?
f.        Bagaimana Perbandingan Administrasi IslamDan Konvensional
1.3.       Tujuan Penulisan
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap manajemen dan Administrasi baik secara umum atau konvensional maupun secara Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Manajemen Secara Umum
Pengertian manajemen yang paling sederhana adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Manajemen adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengawasan.(Muhammad Manullang:1998)
Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
a.         Manajemen sebagai suatu proses
b.        Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
c.         Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut Muhammad Manullang (1998)
a.       Encyclopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b.      Haiman, yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
c.       Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
d.      Jhon D Millet, yaitu suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang telah diorganisasi dalam kelompok-kelompok formal yang mencapai tujuan yang diharapkan.
e.       James F. Stoner, yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
f.        George R. Terry, yaitu pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan orang lain.
g.      Griffin (1996), yaitu serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan) diarahkan pada sebuah


2.2.       Manajemen Konvensional
Manajemen konvensional adalah suatu manajemen yang dimiliki para pekerja berasal dari warisan dari nenek moyang disebarkan melalui mulut ke mulut dan selalu diwariskan kepada generasi selanjutnya serta berkembang karena gagasan-gagasan yang pernah ada.[1]
Dalam manajemen konvensional tidak pernah ditemukan suatu prinsip. Oleh karena itu, Manajemen konvensional sering disebut manajemen yang tradisional.
Manajemen Tradisional adalah suatu masalah yang dipecahkan berdasarkan tindakan – tindakan yang diambil pada masa lalu, dengan kata lain didasarkan pada tradisi atau mengikuti tradisi yang sudah berjalan sebelumnya.
 Manajemen tradisional menggunakan functional-based sesuai ajaran dari Adam Smith yaitu division of labour, dimana cocok untuk lingkungan yang padat tenaga kerja.
2.3.       Manajemen Islam
2.3.1.      Pengertian Managemen Islam
Manajemen dalam Kontek Islam disebut juga dengan (سياسة- إدارة – تدبير) yang bersal dari lafadz (ساس – أدار – دبر). Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah;
االإدارة هي معرفة إلى أين تذهب ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض لها معرفة كيفية التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة الذهاب إلى هناك.
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
Manajemen Islam adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan Allah.[2] Oleh sebab itu maka segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manjemen tersebut harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Sehubungan dengan itu maka isi dari manajemen Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu manajemen konvensional yang diwarnai dengan aturan Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat.
Dari definisi tersebut diatas. maka lingkup manajemen Islam sangatlah luas, antara lain mencakup tentang pemasaran, produksi, mutu, keuangan, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan masih banyak hal lagi yang belum tersebutkan.
Menurut Didin dan Hendri dalam buku mereka Manajemen Syariah dalam Praktik, Manajemen bisa dikatakan telah memenuhi syariah apabila Manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait denga nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur Organisasi.
Dengan Struktur Organisasi, ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusia tidak akan sama. Manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini disusun agar perilaku pelaku di dalamnya berjalan dengan baik. Sistem ini berkaitan dengan perencanaan, Organisasi dan kontro., Islam pun telah mengajarkan jauh sebelum adanya konsep itu lahir, yang dipelajari sebagai manajemen ala barat.
Menurut Karebet dan Susanto, syariah memandang manajemen dari dua sisi, yaitu manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai salah satu dari ilmu umum yang lahir berdasarkan fakta empiris yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban  hadharah manapun. 
Namun sebagai aktivitas, maka manajemen dipandang sebagai sebuah amal yang akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT, sehingga ia harus terikat pada aturan syara’, nilai dan Hadharah Islam.
2.3.2.      Landasan Manajemen Islam
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu :
a.       Kebenaran
b.      Kejujuran
c.       Keterbukaan dan
d.      keahlian.


Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal.[3]
Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada sifat ri'ayah atau jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurutIslam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen. Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tak merugikan perusahaan. Bentuk  penganiayaan yang dimaksud adalah mengurangi atau tak memberikan hak  bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya.
2.3.3.          Pilar Managemen Islam
a.       Tauhid
Yang berarti memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadidi dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
b.         Adil
Artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis ataukesepakatan kerja harus dilandasi dengan ''akad saling setuju'' dengan sistem profit and lost sharing.
c.       Kehendak Bebas
Manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukumekonomi Islam, yaitu halal.
d.         Pertanggung Jawaban
Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan. Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yangfair ketika melakukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau punantara pimpinan dengan bawahan.
2.4.       Perbandingan Manajemen Islam Dengan Manajemen Konvensional
Perbandingan manajemen islam dengan manajemnen konvensional dapat dlihat dari beberapa segi, diantaranya :
a.       Konsep dan filosofi dasar
Perbandingan yang mendasar antara manajemen Islam dan manajemen konvensional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Manajemen konvensional merupakan manajemen yang bebas nilai dan tidak mendasarkan ke-Tuhanan dalam setiap aktivitas manajemennya. Sedangkan dalam manajemen berbasis syari’ah berdasarkan apa yang telah menjadi tuntunan ummat islam yakni tuntunan yang ada dalam Al-qur’an dan Hadits.
b.      Etika Manajemen
Seorang Manajer syari’ah sangat memegang teguh etika dalam melakukan manajemen kepada calon konsumennya. Ia akan sangat menghindari memberikan janji bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Seorang manajer syari’ah akan secara jujur menceritakan kelebihan dan kekurangan produk yang ditawarkannya. Hal ini merupakan praktik perniagaan yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.
c.       Pendekatan terhadap Konsumen
Konsumen dalam manajemen syari’ah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya, namun perusahaan akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan.
Berbeda dalam Manajemen konvensional, konsumen diletakkan sebagai obyek untuk mencapai target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena antara janji dan kenyataannya seringkali berbeda. Setelah perusahaan mendapatkan target penjualan, mereka tidak akan memperdulikan lagi konsumen yang telah membeli produknya dan tidak akan memikirkan kekecewaan atas janji produk yang diumbar kepada konsumen.
d.      Cara pandang terhadap Pesaing
Dalam industri manajemen syari’ah tidak menganggap pesaing sebagai pihak yang harus dikalahkan atau bahkan dimainkan. Tetapi konsepnya adalah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kerja yang turut serta meyukseskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan.
e.       Budaya Kerja dalam Manajemen Syari’ah
Manajemen syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari manajemen konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan  dan nilai tambah dimata masyarakat. Budaya kerja yang harus dikembangkan adalah sebagaimana budaya kerja yang diteladani Rasulullah SAW., yaitu siddiq, amanah, tabligh,dan  fathanah.
Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannyasudah selesai. Bukankah memberikan senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam.
2.5.       Administrasi secara Umum
Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.[4]
Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna
Administrasi menurut para ahli :
1)      Sondang P. Siagian (1973) mendefinisikan Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang lebih ditentukan sebelumnya.
2)      The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu” (1980:9). Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
3)      John M. Pfiffer dan Robert V, Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan–kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik–teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.
4)      Chandler dan Plan, Administrasi adalah proses dimana sumber daya dan personel diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-keputusan dalam kebijakan.
2.6.   Administrasi Islam
Administrasi Dalam islam administrasi dikenal dengan istilah  al-idarah. Mengkaji mengenai  pengertian atau istilah administrasi dalam islam mengharuskan merujuk kepada beragam sumber. Utamanya yaitu Al-Qur’an al-Karim dan tafsirnya; hadist dan syarahnya. Sumber-sumber tafsir banyak berperan memberikan penjelasan terhadap isyarat- isyarat Al-Qur’an yang posisinya lebih sebagai kaidah umum menyangkut tatanan masyarkat baru. Sebenarnya tidak ada satu ayat Al-Qur’an pun yang dijumpai kata al-idarah. Namun apabila dicermati memang ada kata dalam Al-Qur’an yang menyerupai yaitu kata tudirunaha dan kata tadiru. Di dalam al-Mu’jam al-Mufahras, di bawah kata entri “dawr” telah dikemukakan sejumlah ayat yang memuat kata musytaq (pecahan) dari fi’il tsulatsi; “dara”. Begitu juga, setelah menelaah kitab-kitab indeks hadist,  jelas bahwa kata al-idarah tidak dijumpai di dalam satu hadist pun dari sekian banyak hadist Rasulullah saw.
2.7.       Perbandingan Administrasi Negara dalam Islam dan kovensional
Administrasi dalam konvensional mauun Islam, keduanya merupakan sistem yang memiliki tujuan yang sama yaitu adalah untuk memberikan satu kepuasn kepada masyarakat terhadap pelayanan Negara kepada masyarakat tersebut.
Meskipun disini dapat dibedakan bahwa sesungguhnya secara garis besar sistem Administrasi Negara di dalam Islam telah berkembang dengan cukup baik pada tataran sistem, didalamnya ada lembaga pengawas juga yang berfungsi mengawasi kinerja pemerintah dan juga mengadili persengketaan antar warga Negara dan lembaga Negara. Tetapi dapat dimaklumi bahwa jika dikomparasikan pada sistem yang ada asat ini tentu sudah tertinggal, meskipun tidak mengalami ketertinggalan yang amat sangat, mengingat Administrasi Negara adalah sebuah ilmu yang lahir belakangan dan baru memiliki kesempurnaan pada masa kontemporer asat ini.




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
·         Pengertian manajemen yang paling sederhana adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Secara ringkas pengertian manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
·         Dalam manajemen konvensional tidak pernah ditemukan suatu prinsip. Oleh karena itu, Manajemen konvensional sering disebut manajemen yang tradisional.
·         Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan (اداسج س اٍ سح ذذ ت شٍ ) yang berasal dari lafadz ( دتش اداس ساس - - ). Manajemen dalam Islam merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
·         Perbedaan yang mendasar antara manajemen Islam dan manajemen konvensional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Manajemen konvensional merupakan manajemen yang bebas nilai dan tidak mendasarkan ke-Tuhanan dalam setiap aktivitas manajemennya. Sedangkan dalam manajemen berbasis syari’ah berdasarkan apa yang telah menjadi tuntunan ummat islam yakni tuntunan yang ada dalam Al-qur’an dan Hadits.
·         Administrasi Dalam islam administrasi dikenal dengan istilah  al-idarah.








DAFTAR PUSTAKA
·         Arifin,  Zainul, 2005. Dasar-Dasar  Manajemen  Bank  Syariah, Jakarta:  Pustaka Alvabet IKAPI Cet 4,
·         Hasibuan, 2006. Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta),
·         Silalahi, Ulbert.1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Pustaka Setia.
·         Siagian, Sondang P. 1973. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
·         Junaidi ath-Thayyibiy, Achmad. 2007. Administrasi Negara Islam Menjamin Kesejahtraan Rakyat.  Jakarta : Hidayatul Islam.
·         http://manajemenislam.wordpress.com/2013/03/03/manajemen-syariah/



[1] Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta), 2005.
[2] Arifin,  Zainul, Dasar-Dasar  Manajemen  Bank  Syariah, Jakarta:  Pustaka Alvabet IKAPI Cet 4, 2006.
[3] ibid
[4] Siagian, Sondang P. 1973. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

No comments:

Post a Comment