BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerajaan Safawi
merupakan sebuah Kerajaan yang terkenal atau mahsyur pada saat itu. Kerajaan
ini berdiri setelah Kerajaan Turki Utsmani. Banyak sekali yang dapat kita
ketahui dari kerajaan tersebut, baik dari segi pengetahuan untuk kita ataupun
untuk orang lain.
Atas dasar
itulah kami membuat makalah ini, selain untuk memenuhi tugas perkuliahan kami,
makalah ini juga dibuat agarbisa menjadi sebagai referensi pembaca untuk
mengembangkan ilmu agama Islam. Terutama tentang kerajaan-kerajaan islam pada
terdahulu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana latar
belakang pembentukan Kerajaan Safawi ?
2.
Bagaimana
perkembangan Kerajaan Safawi ?
3.
Apa kemajuan
dari Kerajaan Safawi ?
4.
Apa penyebab
kemunduran Kerajaan Safawi ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui latar
belakang terbentuknya Kerajaan Safawi
2.
Mengetahui
perkembangan Kerajaan Safawi
3.
Mengetahui
kemajuan Kerajaaan Safawi
4.
Mengetahui
penyebab kemunduran Kerajaan Safawi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Dinasti Safawi
Safi-al-Din
(pendiri tarekat Safawiyah), menurut satu riwayat adalah keturunan Musa
al-Kazhim, imam ketujuh Syi’ah Istana ‘Asyariah. Tarekat ini mengubah gerakan
keagamaan menjadi gerakan politik yang pertama dilakukan oleh ismail Ibn Haidar
(1501 M) dengan menaklukan Anatolia (ketika itu berada di bawah kekuasaan Qara
Qayunlu dan Aq-Qayunlu dari Turki). Ismail Ibn Haidar (Ismail) adalah khalifah
pertama dinasti Safawi dan menjadikan Syi’ah sebagai madzhab resmi negara.
Persaingan antara Safawi dengan Turki Usmani ditandai dengan perang
berkepanjangan. Perang berlangsung selama kepemimpinan Isma’il (1501-1524),
Tahmasp I (1524-1576 M), Isma’il II (1576-1577 M), dan Muhammad Khudabanda
(1577-1587 M). Akhirnya, Abbas I (1588-1628 M) melakukan perjanjian dengan
Turki Usmani. Dengan perjanjian itu, Abbas I harus menyerahkan Azerbaijan,
Georgia, dan sebagian Khuziztan kepada Turki Usmani;
Kerajan
safawiyah yang didirikan pada tahun 906 H/1501 M merupakan suatu perkembangan
lebih lanjut dari tarekat safawiyah. Nama tarekat ini dan kemudian kerajaannya
dinisbahkan kepada pendirinya bernama Safiuddin Ishaq. Ia dilahirkan pada tahun
650 H/1252 M., di kota Ardabil yang terletak di bahagian Timur Azerbaijan.
Sejak mudanya, ia telah memilih hidup zuhud dan shalih. Dalam usia 20 tahun ia
pergi ke syiraz untuk mrncari seorang pir (pemimpin spiritual), karena tidak
seorang pun pir setempat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan spiritualnya.
Ketika ia tiba di syiraz, ternyata pir yang dicari-carinya itu telah meninggal.
Kepadanya lalu di sarankan untuk bertemu dengan satu-satunya orang didunia ini
yang dapat menganalisa kehidupan mistik, yaitu kepala dari aliran sufi setempat
yang bernama Syeikh Zahid-i Gellani. Pada waktu itu, usia Safiuddin Ishaq baru
25 tahun sedangkan Syeikh Zahid-i Gellani berusia 60 tahun. Untuk memperkuat
posisinya, Safiuddin Ishaq kawin dengan putri Seikh Zaid-i Gellani, dan
sebaliknya anaknya sendiri dari isteri yang lain dikawinkan dengan putra Syeikh
Zahid-i Gellani
Ketika
Syeikh Zahid-i Gellani meninggal dunia pada tahun 700 H/1301 M, dalam usia 85
tahun, Safiuddin Ishaq menggantikannya sebagai pemimpin kelompok Zahidiyah.
Sejak itu, tarekat ini dikenal dengan nama Safawiyah yang berpusat di Ardabil,
sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini dinamakan safawiyah karena terambil dari
nama sang pendirinya Safiuddin Ishaq, bahkan nantinya ketika gerakan tarekat
ini berhasil mendirikan sebuah kerajaan, nama tarekat ini dipertahankan sebagai
nama kerajaan.
Satu
setengan abad berikutnya, dari tahun 700-850 H/1301-1447 M, para syeikh (kepala
tarekat Safawiyah) di Ardabil berusaha untuk memperluas pengaruh mereka. Untuk
itu mereka merubah aliran sufi seperti yang di letakkan Safiuddin Ishaq menjadi
suatu gerakan keagamaan yang pengaruhnya tidak saja di daerah Persia, tetapi
juga di Syiria dan Anatolia Timur. Di daerah-daerah ini dakwah (propaganda)
agama yang dilancarkan orang-orang safawiyah menarik hati suku-suku Turki yang
kemudian membentuk suatu elit tentara safawiyah. Suku-suku yang terpenting
diantaranya adalah Ustahju, Runghu, Dulqadir(Zul Qadir), Afsyar dan Qajar.
Kematian
Safiuddin Ishaq pada tahun 735 H/1334 M, bertepatan dengan pecahnya Kerajaan
Mongol di Persia dan sebelah timur daerah “bulan sabit yang subur” , dan untuk
selama hampir 50 tahun, terjadi kekacauan di kawasan ini. Karena itu selama
kira-kira 25 tahun, suatu gelombang penyerbuan silih berganti yang dilakukan
oleh orang-orang Turi Mongol (Tartar) dipimpin oleh Timur Lenk. Selama masa ini
putra dan pengganti Safiuddin Ishaq yaitu Sadar Al-Din Musa yang tidak hanya
memimpin untuk membebaskan tanah tumpah darahnya, Ardabil, dari tangan sipil
dan militer setempat, tetapi juga untuk memperkaya daerah itu sendiri dengan
membangun silsilah yang suci dari keluarga Safawiyah. Sadar Al-Din Musa di pengaruhi
oleh bangsawan-bangsawan Mongol yang sebagian diantara mereka menyatakan diri
sebagai turunan dari ayahnya Safiuddin Ishaq.
Setelah
meninggalnya Sadar Al-Din Musa, kedudukannya digantikan oleh Khawaja Ali
sebagai pemimpin tarekan Safawiyah pada tahun 749-830 H/1391-1427 M. Pada masa
beliau ini, terdapat suatu gerakan yang memisahkan diri dari paham mistik
ortodoks dan untuk pertama kalinya propaganda keagamaan Safawiyah menerima
paham Syi’ah. Sepeninggal Khawaja Ali, digantikan oleh Ibrahim, lalu kemudian
Ibrahim digantika oleh Junaid sebagai pimpinan Safawiyah pada tahun 851-864
H/1447-1460 M. Pada masa kepemimpinan Junaid inilah gerakan Safawiyah mulai
mendapatkan momentumnya, ia lebih revolusioner. Junaid tidak seperti
pendahulunya menginginkan hanya hidup dalam bentuk gerakan spiritual semata,
tetapi ia mengajak para pengikutnya untuk bertempur, berjuang demi menegakkan
keyakinan ataupun eksistensi duniawi mereka. Ambisi politiknya telah membawa
kedalam suatu konflik dengan para penguasa yang lain di Persia. Ia terpaksa
menyingkir ke Diyar Bakar di Istana Uzun Hazan, penguasa dari Ak-Koyunlu.
Tetapi pada masa itu kekuatan politik yang dominan di Persia dan sebelah Timur
daerah “bulan sabit yang subur” berada di tangan Kara-Konyunlu sehingga
Safawiyah dan Ak-Koyunlu melenyapkan antipasti keagamaan dala suatu aliansi
politik yang diperkuat dengan perkawinan Junaid dengan saudara perempuan Uzun
Hazan. Pada tahun 1453-1459 M, Junaid dalam suatu perjalanan untuk menyerang
orang-orang Circasia, dia diserang oleh penguasa Sihirvan dan terbunuh.
Sepeninggal
Junaid kedudukannya digantikan oleh putranya, Haidar sebagai pemimpin Safawiyah
pada tahun 1460-1494 M. Ia lalu menjalin persahabatan dengan Ak-Koyunlu dengan
jalan mengawini putri Uzun Hazan. Pada tahun 872 H/1467 M, dalam rangka
persahabatan itu Ak-Koyunlu menyerang kerajaan Kara-Konyunlu untuk membantu
memenuhi ambisi politik dan militer Safawiyah. Tetapi aliansi kedua kerajaan
ini berantakan, ketika Safawiyah melancarkan politik ancaman terhadan Ak-Koyunlu.
Tatkala Haidar pada tahun 893 H/1488 M, menyerang pemimpin Syirvan dan pasukan
ini merupakan faktor penentu bagi melemahnya kekuatan Safawiyah, Haidar sendiri
terbunuh dan lari ke Gilan .
Dalam
waktu singkat setelah Haidar terbunuh, segala pengikutnya berkumpul di Ardabil,
dan lalu membaiat Ali putranya untuk menjadi pemimpin sekti ini pada tahun
1494-1501 M. Sementara itu penguasa Ak-Koyunlu, yaitu Ya’quf menangkap Ali
bersama saudaranya, Ibrahim dan Ali serta ibu mereka, dan memenjarakan mereka
di Fars selama empat setengan tahun (1489-1493 M). Mereka dibebaskan dengan
syarat Ali harus membantu Rustam, pangeran dari Ak-Koyunlu melawan saudara
sepupunya dan rivalnya untu menduduki tahta. Setelah mengalahkan musuh Rustam
itu, Ali kembali ke Ardabil. Tetapi karena hawatir akan pengaruh Ali yang makin
hari makin meluas, Rustam kembali memenjarakannya dan membawanya ke Khoy
(Khwuy). Ali berhasil melarikan diri kembali ke Ardabil. Ia ditangkap dan
dibunuh. Tetapi sebelumnya Ali telah menunjuk adiknya Ismail sebagai
penggantinya pada tahun 1501 M. Di Koyunlu dan lari ke Gilan. Di tempat
persembunyiannya inilah Ismail menghimpun kekuatannya dengan memelihara
hubungan baik dengan para pengikutnya di Azarbaijan, Syiria, dan Anatolia.
Pada
tahun 905 H/1500 M, Ia menghimpun 7000 pengikutnya di Erzinjan (di sungai
Euphrat). Dari sini, bersama pasukannya, ia menujun Azarbaijan. Pada tahun 906
H/1501 M, ia berhadapan dengan pasukan Ak-Koyunlu dalam pertempuran Syarur
dekat Nakhchivan. Inilah peperangan yang sangat menentukan bagi revolusi
Syeikh. Tahun itu juga Ismail memasuki kota Tabriz dan memproklmirkan dirinya
sebagai Syah Ismail I, penguasa pertama dari Kerajaan Safawiyah meskipun
kekuasannya baru meliputi daerah Azarbaijan. Tidaklah mengherankan jika Ismail
menetapkan Syiah Imamiyah(Istna Asyariyah) sebagai agama resmi kerajaan. Dengan
keputusan ini, ia tidak saja berbeda dengan Turki Usmaniyah yang Sunni itu,
tetapi ia jugab telah meletakkan dasar kesatuan bagi rakyatnya yang telah lama
menganut aliran Syiah itu. Perkembangan Iran modern sekarang ini dimulai dengan
berdirinya Kerajaan Safawiyah pada tahun 907 H/1501 M.
B. Raja-Raja Safawiyah
Kerajaan
Safawiyah dapat melanggengkan kekuasaan politiknya kurang lebih 235 tahun,
yaitu mulai tahun 1501-1736 M, dan telah diperintahkan oleh 11 raja. Raja-raja
Safawiyah tersebut adalah :
1. Ismail
(1501-1524 M)
2. Tahmasp
I (1524-1576 M)
3. Ismail
II (1576-1577 M)
4. Muhammad
Khuda Banda (1577-1588 M)
5. Abbas
I (1588-1628 M)
6. Safi
Mirsa (1628-1642 M)
7. Abbas
II (1642-1667 M)
8. Sulaiman
(1667-1694 M)
9. Husein
(1694-1722 M)
10. Tahmasp
II (1722-1732 M)
11. Abbas
III (1732-1736 M)
Kemudian
adapun silsilah raja-raja Safawiyah sebagai berikut :
Khawaja
Ali (1399-1427 M)
|
Ibrahim
(1427-1447 M)
|
Haidar
(1460-1494 M)
|
Ali
(1494-1501 M)
|
Ismail
(1501-1524 M)
|
Tahmasp
I (1524-1576 M)
|
Ismail
II (1576-1577 M)
|
Safi
Mirza (1628-1642 M)
|
Abbas
II (1642-1667 M)
|
Sulaiman
(1660-1694 M)
|
Husein
(1694-1722 M)
|
Tahmasp
II (1722-1732 M)
|
Abbas
III (1732-1736 M)
|
Abbas
I (1558-1628 M)
|
Muhammad
Khuda Banda (1577-1558 M)
|
Juanid
(1447-1460 M)
|
Safi
Al-Din (1252-1334 M)
|
Safi
Al-Din Musa (1252-1334 M)
|
C.
Perkembangan
Kerajaan Safawi
Setelah Kerajaan Safawi
dideklarasikan oleh Syah Ismail I yang berkuasa selama lebih kurang 23 tahun.
Pada masa Syah Ismail I belum begitu terlihat pengaruh yang besar dari aspek
sosial, politik, ekonomi dan budaya terhadap pendidikan, sekalipun Ia termasuk
orang sangat cinta ilmu pengetahuan. Bahkan, ia memiliki kebiasaan menulis
puisi dengan menggunakan bahasa Turki. Kondisi tersebut merupakan awal bahwa
Dinasti Safawi peduli dengan pendidikan. Kejayaan Dinasti Safawi berada pada
masa kepemimpinan Syah Abbas I. Sejarah mencatatnya sebagai bangkitnya kembali
kejayaan lama Persia. Dalam persepsi kaum Syi’ah, kelahiran dinasti ini
merupakan kebangkitan kedua bagi paham Syi’ah di pentas sejarah politik Islam
setelah kejayaannya lima abad silam. Di zaman Abbas I berkembanglah kebudayaan
dan ilmu pengetahuan. Diantara ilmuwan yang terkenal adalah Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad, seorang ahli filsafat dan ilmu pasti. Tidak ketinggalan
berkembang pula ilmu pengetahuan agama terutama fiqih, karena menurut anggapan
kaum Syi’ah pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Diantara ulama ternama
adalahBahau al-Din al-Amily. Pada masa Dinasti Safawi ini kota Qumm dijadikan
sebagai pusat kebudayaan dan penelitian mahzab Syi’ah. Kejayaan Dinasti Safawi
dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan di masa pemerintahan Syah Abbas I
juga terlihat dari segi fisik material. Keberhasilannya ditunjukkan dengan
dibangunnya 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan
tersebut sebagian didirikan atas inisiatif para kerabat kerajaan .
Di antaranya adalah Dilaram Khanun
yang mendirikan madrasah “Nenek kecil” pada tahun 1645 dan madrasah “nenek
besar” tahun 1647. Terdapat pula putri Syah Safi, yakni Maryam Begun yang
mendirikan madrasah pada tahun 1703. Shahr Banu, adik perempuan Syah Husain
mendirikan madrasah bagi para pangeran pada tahun 1694 M. Selain madrasah yang
didirikan oleh para kerabat kerajaan, ada juga madrasah didirikan oleh para
hartawan Dinasti Syaafawi. Dua di antaranya adalah Zinat Begum, istri seorang
fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani, mendirikan madrasah Nim Avard tahun1705 M.
Izzat al-Nisa Khanum, putri pedagang dari Qum Mirza Khan dia juga istri Mirza
Muh. Mahdi yang mendirikan madrasah Mirsa Husain tahun 1687. Dibangunnya beberapa
madrasah tersebut menunjukkan adanya perhatian yang serius dari pemerintahan
Diansti Syafawi untuk mengembangkan gagasan ilmu pengetahuan. Karya intelektual
terkenal pada masa ini adalah dua belas tulisan Sadr al-Din yang mencakup
komentar dan saran terhadap al-Qur’an, disertai dengan kehidupan tradisi,
cerita-cerita polemik dalam bidang teologi dan metafisika dan catatan
perjalannya. Adapun sistem dan praktik pendidikan pada masa Dinasti Syafawiini,
semata-mata didominasi oleh tiga jenis pendidikan.
1.
Pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti dalam
seluruh pusat pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya
patriotisme masyarakat untuk mengabdi kepada mahzab keagamaan.
2.
Pendidikan
estetika dengan penekanannya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung
sektor industri dan perdagangan.
3.
Pendidikan militer dan dan manajemen pemerintahan yang
ditujukan untuk lebih memperkuat armada peranguntuk keperluan pertahanan
pemerintahan dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.
Dari data di
atas, ditemukan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu khusus
pada bidang pemikiran teosofi dan filsafat, bukan ilmu pengetahuan dalam
pengertian sains secara umum. Pemikiran teosofis dan filsuf tersebut lebih
ditujukan sebagai penyatuan antara sufisme gnostik dengan beberapa kepercayaan
Syi’ah. Hal tersebut dapat dipahami manakala Syah Ismail pada mula pembentukan
dinastinya menjadikan teologi Syi’ah sebagai teologi negara. Dengan demikian,
pembangunan pusat-pusat pendidikan yang dilakukan tentu juga dalam tujuan yang
sama, yakni pendidikan yang diarahkan sebagai penguatan aqidah dan desiminasi
ajaran Syi’ah. Sepanjang sejarah Islam, Persia di kenal sebagai bangsa yang
telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, sejumlah ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha
al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi,
filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah,
teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.
Selain itu, ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan
sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia
menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang matematika dan
astronomi untuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu. Ia juga ahli agama terhir
dalam yang juga ahli matematika.
Dalam bidang
ilmu pengetahuan, Kerajaaan Syafawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal
dan Usmani. Berdasarkan data tersebut maka ada beberapa fakta pendidikan pada
saat itu, yaitu:
1.
Banyakkaum terpelajar pada saat itu.
2.
Pada masa syah Abas, telah mengembangkan keilmuan
danpendidikan, seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam
data versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
3.
Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya
dibangun oleh para kerabat kerajaan, tetapi juga oleh para hartawan ikut dalam
membangun lembaga pendidikan, seperti: Zinat Begum mendirikan madrasah Nim
Advard tahun1705, Izzat Khanum mendirikan madrasah Mirza Husain tahun1687.
4.
Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana
pengembangan paham Syiah. Oleh sebab,itu para penguasa pada waktu itu
mendatangkan para pengajar dan buku-buku serta kurikulum yang mempropa gandakan
paham Syi’ah dari Libanon dan daerah Syi’ah lainnya.
Senada
dengan pendapat di atas bahwa setiap lembaga pendidikan pasti memiliki
kelemahan disamping kekuatannya. Begitu juga lembaga pendidikan pada masa
Kerajaan Syafawiyah .Adapun kekuatan atau keunggulan lembaga pendidikan pada
masa tersebut adalah:
1.
Lembaga pendidikan didukung penuh oleh kerajaan dan
keluarga kerajaan karena pendidikan dijadikan sebagai basis penyebaran paham
Syi’ah. Karena itu lembaga
pendidikan
ini bersifat indoktrinasi, bahkan sebagai kurikulum wajib di semua lembaga
pendidikan.
2.
Partisipasi pengusaha atau hartawan sangat tinggi
terbukti dengan adanya lembaga pendidikan atau madrasah yang dibangun oleh
Zinat Begum, istri seorang fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani, mendirikan
madrasah Nim avard tahun1705 M. Izzat al-Nisa Khanum, putri pedagang dari Qum
Mirza Khan dia juga istri Mirza Muh. Mahdi yang mendirikan madrasah Mirsa
Husain tahun 1687.
D.
Kemajuan
Pada Masa Dinasti Safawi
1. Bidang
Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarh Islam,
bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila
pada masa Kerajaan Safawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuwan
terus berkembang.
Berkembangnya ilmu
pengetahuan masa Kerajaan Safawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar bahwa
kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya
terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad selamanya
terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum suni yang mengatakan bahwa ijtihad
telah terhenti dan orang mesti taqlid sja. Kaum Syiah tetap perpendirian
bahwasanya mujthid tidak terputus selamanya.
Ilmuan yang melestarikan
pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-Farabi, dan Suhrowardi pada sekitar abad ke
17 dikerajaan safawi adalah Mullah Sadr dan Mir Damad, (Marshal G.S. Hodson
t.th.; 44). Dalam keterangan lain disebutkan, ada beberapa hal ilmuan yang
selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad
Bagir ibn Muhammad Damad, filosof ahli sejarah, teolog, dan ia adalah seorang
yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.
Dibanding
dengan Turki Usmani, Safawi lebih unggul dalam bidang pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang filasfat. Berkat dukungan pemerintahan Safawi,
maka filsafat Islam di kalangan Syiah berkembang pesat.
2. Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Di
bidang pembangunan fisik para penguasa kerajaan Safawiyah telah berhasil
menciptakan Isfahan ibu kota kerajaan, menjadi kota yanng sangat indah. Ia
merupakan kota yang sangat penting bagi perkembangan politik dan ekonomi Iran
dan skaligus sebagai simbol legitimasi kerajaan Safawi. Di kota ini dibangun
sebuah alun-alun besar yang berfungsi sebagai pasar, tempt perayaan dan tempat
permainan polo. Ia dikelilingi sederetan tokok bertingkat dan sejumlah bangunan
utama.
Pada
sisi bagian timur terdapat masjid yang mulai dibangun pada tahun 1603 M. Dan
selesai pada tahun 1618 M. Yang merupakan tempat peribadatan pribadi Syah. Pada
sisi bagian selatan terdapat masjid kerajaan yang mulai dibangun pada tahun
1611 M. Dan selesai pada 1629 M. Pada sisi bagian barat berdiri istana All Qapu
yang merupakan gedung pusat pemerintahan. Pada sisi bagian utara berdiri
bangunan monumental yang menjadi pintu gerbang menuju bazar kerajaan dan
sejumlah pertokoan, tempat pemandian, masjid, penginapan, dan perguruan. Dari
alun-alun menuju istana dihubungkan oleh sebuah jalan raya sepajang 2,5 mil. Di
salah satu sisi jalan ini dibangun taman yang luas, tempat tinggal para Harem
Syah (sanak famili raja yang perempuan) dan tempat tinggal para pengawal istana
dan para duta besar asing.
Isfahan
sangat penting kedudukannya bagi perekonomian negara, sebab ia merupakan pusat
industri dan kegiatan pemasarannya. Semua kegiatan perekonomian itu berada di
bawah pengawasan petugas perpajakan negara. Isfahan juga simbol validitas
Islam-Iran pada saat itu. Kota ini juga merupakan kota penting Iran karena
terdapat peninggalan-peninggalan sejarah kejayaan Islam, terutama kerajaan
safawi, seperti pembangunan masjid Syah (sekarang masjid Imam), masjid Syekh
Lutfullah, Istana Cehil Sutun (Persia empat puluh tiang), jembatan Khaju dan
menara goyang. Karena kecantikan kota ini orang Iran menyebutnya kota separuh
dunia yang orang-orang persia ungkapkan dengan istilah Isfahan nisfe jahan.
3. Bidang
Pemberdayaan Perempuan
Kehidupan
perempuan di Persia pada umumnya di abad pertengahan tampaknya sama dengan yang
di alami oleh sebagian besar perempuan di belahan dunia lainnya. Peranan mereka
ditentukan oleh adat istiadat, gaya hidup, dan minimnya keterlibatan mereka
dalam ekonomi. Terdapat empat hal yang menentukan kedudukan perempuan :
a. Adat
istiadat dan hukum yang mengatur perkawinan, khususnya yang membolehkan
poligami, perselisihan, dan perceraiansepihak oleh suami.
b. Pemingitan
perempuan
c. Hak
perempuan untuk memiliki kekayaan
d. Posisi
perempuan dalam sistem kelas sosial.
E.
Kemunduran
Kerajaan Safawi
Penyebab
kemunduran kerajaan syafawi, yaitu:
1.
Kepemimpinan
Safi Mirza, cucu abbas I
adalah seorang pemimpin yang lemah, ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar
kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah di capai oleh Abbas I
segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas
dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughol yang ketika itu
di perintah oleh Sultan Syah Jehar, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan
Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka
minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian,
dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masanya kota Qandahar dapat direbut
kembali.
Sebagaimana Abbas II, sulaiman juga
seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang di curigainya.
Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah, ia diganti oleh Shah
Husain Alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para
ulama’ Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afganistan, sehingga
mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti
Safawi.
Penyebab lainnya adalah dekadensi
moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan safawi. ini turut
mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu
berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem- haremnya selama
tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu
juga Sultan Husein.
Tidak kalah penting dari sebab-sebab
diatas adalah seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
2. Pemberontakan
Pemberontakan bangsa Afgan tersebut
terjadi pertama kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan terjadi di heart, suku Ardabil
Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays dig anti oleh Mir Mahmud
sebagai penguasa Qandahar. Ia berhasil mempersatukan pasukannya dengan pasukan
Ardabil. Dengan kekuatan gabungan ini, Mir Mahmud berusaha memperluas wilayah
kekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan safawi. Ia
bahkan berusaha menguasai Persia.
Karena desakan dan ancamanMir
Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya
sebagai gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein).
Dengan pengakuan ini Mir Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada
tahun 1721 M ia dapat merebut han, mengepungnya selama 6 bulan dan memaksa Shah
Husein untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein
menyerah dan 25 Oktober Miir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan.
3. Aliran
Diantara sebab-sebab kemunduran dan
kehancuran kerajaan safawi ialah konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani.
Bagi kerajaan Usmani berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan
tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai
perdamaian pada masa Shah Abbas I. namun tak lama kemudian Abbas meneruskan
konflik tersebut, dan setelah itu dapat di katakan tidak ada lagi
perdamaian antara dua kerajaan besar islam tersebut.
Penyebab penting lainnya adalah karena
pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh abbas I tidak
memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini
disebabkan karena pasukan tersebut tidak di siapkan secara terlatih dan tidak
melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara
itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan
semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
BAB
II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat
kita ketahui bahwa Kerajaan Safawi dideklarasikan oleh Syah Ismail I yang
berkuasa selama lebih kurang 23 tahun. Pada masa Syah Ismail I belum begitu
terlihat pengaruh yang besar dari aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya
terhadap pendidikan, sekalipun Ia termasuk orang sangat cinta ilmu pengetahuan.
Bahkan, ia memiliki kebiasaan menulis puisi dengan menggunakan bahasa Turki.
Kondisi tersebut merupakan awal bahwa Dinasti Safawi peduli dengan pendidikan.
Kejayaan Dinasti Safawi berada pada masa kepemimpinan Syah Abbas I. Kerajaan
Safawi juga mengalami kemunduran tetapi tidak kehancuran.
DAFTAR
PUSTAKA
Kresnawati, Deni. [2013]
Penyebab Kemunduran Kerajaan besar. [online]. Tersedia: http://kemundurantigakerjaanbesar.blogspot.co.id/
[15 april 2017]
Yunus Rahim & Haif
Abu, Sejarah Islam Pertengahan,
Yogyakarta:Penerbit Ombak. 2013
No comments:
Post a Comment