Pages

Monday, October 28, 2019

Pengantar Manajmen

Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:

  1. Harold Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).
  2. George R. Terry dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atasperencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).
  3. Ensiclopedia of The Social Sciences, Manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.
  4. Mary Parker Follet Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
  5. Thomas H. Nelson, Manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
  6. G.R. Terri, Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
  7. James A. F. Stoner, Manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  8. Oei Liang Lie Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

      Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :

1. Pembagian kerja yang berimbang

Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.

2. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.

3. Disiplin

Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.

4. Kesatuan perintah

Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.

5. Kesatuan arah

Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan).


Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama (Dayat,n.d,pp.7-9).
manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1. Ada tujuan yang hendak dicapai
2. Ada pemimpin (atasan)
3. Ada yang dipimpin (bawahan)
4. Ada kerja sama.

Fungsi dan Tujuan Manajemen
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :
1. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
2. Menurut George R. Ferry (1990) dalam “Principles of Management”, proses manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pelaksanaan (Activating).
3. Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1991) dalam “The Principles of Management”, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pengarahan (Directing).

Fungsi - Fungsi manajemen :
l) Fungsi perencanaan
Pada hakekatrya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan/tindakan-tindakan ekonomis dan efektif pada waktu yang akan datang. Pross ini memerlukan pemikiran tentmg apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan di mana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya.
2) Fungsi pengorganisasian
Fungsi Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
3)Fungsi pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang menstimulir tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi pada personalia yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.
4)Fungsi pengkoordinasi
Suatu usaha yang terkoordinir ialah di mana kegiatan karyawan itu harmonis. terarah dan diintergrasikan menuju tujuan-tujuan bersama. Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
5)Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana. Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Makin jelas. lengkap serta terkoordinir rencana-rencana makin lengkap pula pengawasan.




twitter : @Abd.hadi1804



facebook : abd.hadi96

MAKALAH Teori Kepribadian dalam Perspektif Islam

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian adalah pengaturan individu yang bersifat dinamis pada sistem, fisik dan psikis yang menentukan tabiatnya yang unik selaras dengan lingkungannya. Para psikolog ketika mempelajari kepribadian memandang individu sebagai totalitas yang terpadu. Individu akan bertindak dan memberi respons sebagai suatu kesatuan yang sistem fisik dan psikis terangkai dan saling memengaruhi serta menentukan perilaku dan responsnya dengan cara yang berbeda dari orang lain. Dalam al-Qur’an terdapat penjelasan tentang kepribadian manusia dan ciri-ciri kepribadian yang bersifat umum, yang membedakan antara manusia dan makhluk Allah SWT lainnya. Al-Qur’an juga menjelaskan beberapa pola atau contoh umum kepribadian manusia yang teristimewakan dengan ciri-ciri pokok, yaitu pola-pola umum yang hampir selalu kita lihat pada masyarakat secara umum (Najati, 2005: 359-360) Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai teori kepribadian menurut perspektif Islam yang didalamnya akan membahas mengenai hakikat manusia, makna kepribadian, dinamika kepribadian, tipe-tipe kepribadian serta perkembangan kepribadian. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hakikat manusia? 2. Bagaimana makna kepribadian? 3. Bagaimana dinamika kepribadian 4. Apa saja tipe-tipe kepribadian? 5. Bagaimana perkembangan kepribadian klasikal proses lisan? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui hakekat manusia 2. Mengetahui makna kepribadian 3. Mengetahui dinamika kepribadian 4. Dapat menyebutkan tipe-tipe kepribadian 5. Mengetahui perkembangan kepribadian klasikal proses lisan BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Manusia 1. Manusia adalah Makhluk Allah Keberadaan manusia di dunia ini bukan kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami, melainkan kehendak Allah. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya mempunyai ketergantungan kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari ketentuan-Nya. Sebagai makhluk, manusia berada dalam posisi lemah (terbatas), dalam arti tidak bisa menolak, menentang atau merekayasa yang sudah dipastikan-Nya. Dalam Al-Qur'an, surat At-Tin, ayat 4 Allah berfirman: لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيم "Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat baik sempurna)". Manusia adalah makhluk Allah, ciptaan Allah dan secara kodrati merupakan makhluk beragama atau pengabdi Allah, seperti tercermin dalam sabda Nabi Muhammad Saw sebagai berikut" “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi"" (H.R Muslim). Sesuai dengan fitrahnya tersebut, manusia bertugas untuk mengabdi kepada Allah, seperti difirmankan Allah sebagai berikut. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku " (QS Adz-Dzariyat:56).
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, haji dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5). (Yusuf, 2007: 209-210). 2. Manusia adalah Khalifah di Muka Bumi Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26). Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari akhir. Hal ini berarti, manusia berdasarkan fitrahnya adalah makhluk sosial yang bersifat altruis (mementingkan/membantu orang lain), menilik fitrahnya ini,manusia mmemiliki potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi, berinterkasi sosial secara positif dan konstruktif dengan orang lain atau lingkungannya. Sebagai khalifah manusia mengemban amanah atau tanggung jawab (responsibility) untuk berinisiatif dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera dan berupaya mencegah (preventif) terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan hidup (regional global) ( Yusuf, 2007: 210). Manusia menurut konteks Islam merupakan 'Khalifah di muka bumi". Artinya manusia berfungsi sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Ini tersurat dan tersirat dari firman Allah sebagai berikut: هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ "Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah di muka bumi (QS. Fatir:39). Selanjutnya Allah berfirman : وَ سَخَّرَ لَكُمْ ما فِي السَّماواتِ وَ ما فِي الْأَرْضِ جَميعاً مِنْهُ إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ Dan Dia menundukkkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi semuanya, sebagai rahmat dari-Nya. (QS. Al-Jatsiyah:13) 3. Manusia adalah Makhluk yang Mempunyai Fitrah Beragama Melalui fitrahnya ini manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai tolok ukur atau rujukan perilakunya. Allah berfirman : وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ "...bukanlah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Kau adalah Tuhan kami". (QS. Al-A'rof:172). (Yusuf, 2007: 211). 4. Manusia Berpotensi Baik (Takwa) dan Buruk (Fujur) Manusia dalam hidupnya mempunyai dua kecenderungan atau arah perkembangan, yaitu takwa, sifat positif (beriman dan beramal shaleh) dan yang fujur, sifat negatif (musyrik, kufur, dan berbuat maksiat/ jahat/buruk/zolim). Dua kutub kekuatan ini saling mempengaruhi. Kutub pertama mendorong individu untuk berperilaku yang normatif (merujuk nilai-nilai kebenaran), dan kutub lain mendorong individu untuk berperilaku secara impulsif dorongan naluriah, instinktif, hawa nafsu). Dengan demikian manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada situasi konfiik antara benar-salah atau baik -buruk. Dalam surat Asy-Syamsu: 8-10, difirman فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا , قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا , وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan takwa. Sungguh bahagia orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh celaka orang yang mengotori jiwanya". (Yusuf, 2007: 211). 5. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih (Free Choice) Dalam surat Ar-ra'du: l 1 Allah berfirman: إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah (berinisiatif/merekayasa) dirinya sendiri." Manusia diberi kebebasan untuk memilih kehidupannya, apakah mau beriman atau kufur kepada Allah. Apakah manusia akan memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Dalam hal ini, manusia mempunyai kemampuan untuk berupaya menyelaraskan arah perkembangan dirinya dengan tuntutan normatif, nilai-nilai kebenaran, yang dapat memberikan kontribusi atau manfaat bagi kesejahteraan umat manusia, juga memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang berseberangan dengan nilai-nilai agama, sehingga menimbulkan suasana kehidupan (personal-sosial), yang anarki, destruktif atau tidak nyaman. (Yusuf, 2007: 212). B. Makna Kepribadian Dalam studi keislaman, kepribadian lebih dikenal dengan istilah syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya' nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti kepribadian. Mujib dalam Yusuf (1999:133) menjelaskan bahwa kepribadian adalah "integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku." Kepribadian dalam islam adalah pribadi atau seseorang. Kepribadian juga dapat diartikan dengan interaksi antara pikiran, hati, akal dan jiwa yang menunjukan kualitas orang tersebut. kepribadian sering diidentikkan dengan penampilan luar, misalnya perempuan yang berpakaian seperti laki – laki akan di katakan mempunyai kepribadian yang tomboy. Akan tetapi dalam islam kepribadian di lihat dari perbuatan yang mencerminkan akhlak dari orang tersebut. karena dalam islam bukan penampilan luar yang membedakan kita dengan orang lain, akan tetapi akhlak yang tercermin dari perbuatan. Kepribadian yang harus dimiliki oleh orang islam disebut dengan kepribadian muslim. Kepribadian muslim ini yang menjadi salah satu ciri yang harus dimiliki sebagai orang islam. C. Dinamika Kepribadian Manusia pada awalnya merupakan makhluk yang netral terdiri dari fisik dan rohani. Dalam menjalani kehidupannya, tentu akan mengalami berbagai gelombang. Ada yang menyenangkan dan adapula yang memberikan rasa ketidaknyamanan. Hal ini menyebabkan manusia melakukan kebaikan atau keburukan. Dalam Al-Qur’an surat Asy-Syamsu: 8) Alloh berfirman: فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَ “Maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa manusia, fujur (kefasikan/kedurhakaan) dan taqwa (beriman dan beramal shaleh)” Ayat ini menunjukan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan suasana perjuangan untuk memilih alternative antara haq (taqwa-kebenaran) dengan yang bathil (fujur), antara aspek-aspek material semata (sekuler-duniawi) dengan spiritual (ilahiyyah). Dalam Al-Qur’an surat An-Naziat: 37-41, dijelaskan: فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi (yang dilandasi moral bukan agama), maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya(yang bertentangan dengan norma agama), maka surgalah tempat tinggalnya”. Oleh karena itu, dalam diri inidividu memiliki potensi yang sama besar terhadap pribadi baik atau pribadi buruk. Kepribadian itu bisa berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti setan. Hal ini amat bergantung kepada pilihannya bahwa manusia telah diberi kemampuan untuk mengambil keputusan dan melakukan keputusan itu dengan segala resikonya. Maka dari itu dalam sebuah ayat Allah berfirman: ”Sungguh bahagialah orang yang menyuciklan jiwanya (qolbunya), dan sunggh merugilah (celakalah) orang yang mengotorinya”. Ayat ini memberikan perintah kepada kita bahwa dengan memilih membersihkan hati maka kita akan senantiasa peka dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak diridhloi Allah SWT. Dan kita sebagai individu juga dapat mengembangkan kepribadian yang bernafaskan Islam. Dan balasannya telah Allah beritakan dalam surat Al-Fajr: 27: 30 yang berbunyi: يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾ ”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya. Masuklah kepada jamaah hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Syamsu Yusuf, 2007: 213-214). D. Tipe Kepribadian Eduar Spangar (dalam Syamsu Yusuf:23:99) Kepribadian merupakan sesuatu yang sangnat unik, tidak ada seseorang pun yang mempunyai kepribadian yang sama, antara satu dengan yang lainnya, meskipun individu tersebut merupakan anak kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama. Oleh karena itu banyak para ahli yang mengelompokan kepribadian menjadi beberapa kelompok yang sangat berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Perilaku-perilaku tersebut mengkristal dalam pola-pola tertentu yang satu sama lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki individu dan bersifat konstan atau tetap dapat dikategorikan sebagai tipe kepribadian. Dalam Al-Qur’an tipe kepribadian manusia itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu mukmin (orang yang beriman), kafir (menolak kebenaran) dan munafik (meragukan kebenaran). (Yusuf, 2007: 215). 1. Tipe Mukmin Mukmin merupakan orang yang beriman. Iman secara etimologis percaya,sedangkan secara istilah iman diartikan sebagai percaya kepada Allah, yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh. Seorang yang mukmin tidak hanya cukup mempercayai rukun iman. Tetapi keimanan tersebut perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan ibadah baik ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT atau ibadah yang berhubungan dengan manusia. Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Berkenaan dengan akidah: beriman kepada Alloh, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, qodo dan qodar. b. Berkenaan dengan ibadah: melaksanakan rukun islam. c. Berkenaan dengan kehidupan social: bergaul dengan oranglain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, suka memaafkan kesalahan orang lain, dan dermawan. d. Berkenaan dengan kehidupan keluarga: berbuat baik kepada kedua orang tua dan saudara, bergaul yang baik antara suami-istri dan anak, memelihara dan membiayai keluarga. e. Berkenaan dengan moral: sabar, jujur, adil, qona’ah, amanah, tawadlu, istiqomah, dan mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu. f. Berkenaan dengan emosi: cinta kepada Alloh, takut akan azab Alloh, tidak putus asa dalam mencari rahmat Alloh, senang berbuat kebajikan kepada sesame, menahan marah, tidak angkuh, tidak hasud atau iri, dan berani dalam membeda kebenaran. g. Berkenaan dengan intelektual: memikirkan alam semesta dan ciptaan Alloh yang lainnya, selalu menuntut ilmu, menggunakan pikirannya untuk suatu yang bermakna. 2. Tipe Kafir Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra'. Arti dasarnya adalah tertutup atau terhalang. Secara istilah, kafir berarti terhalang dari petunjuk Allah orang kafir adalah orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah SWT karena petunjuk tersebut terhalang darinya. Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) Berkenaan dengan akidah: tidak beriman kepada Alloh dan rukun iman yang lainnya. b) Berkenaan dengan ibadah: menolak beribadah kepada Allah. c) Berkenaan dengan kehidupan sosial: zalim, memusuhi orang yang beriman, senang mengajak kepada kemungkaran, dan melarang kebajikan. d) Berkenaan dengan keluarga: senang memutuskan silaturahim. e) Berkenaan dengan moral: tidak amanah, suka memenuhi hawa nafsu, sombong, dan takabur. f) Berkenaan dengan emosi: tidak cinta kepada Allah, tidak takut azab Allah, membenci orang muknmin. g) Berkenaan dengan intelektual: tidak menggunakan fikirannya untuk bersyukukr kepada Allah. 3. Tipe Munafik Orang yang munafik senantiasa sembunyi-sembunyi dalam melanggar perintah Allah SWT. Orang munafik selalu mempermainkan dan menipu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT: إِنَّ الْمُنافِقِينَ يُخادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خادِعُهُمْ وَإِذا قامُوا إِلَى الصَّلاةِ قامُوا كُسالى يُراؤُنَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّ قَلِيلاً (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذلِكَ لَا إِلى هؤُلاءِ وَلا إِلى هؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلاً "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143). Tipe kepribadian munafik mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Berkenaan dengan akidah: bersifat ragu dalam beriman b. Berkenaan dengan ibadah: bersifat riya dan bersifat malas c. Berhubungan dengan hubungan sosial: menyuruh kemungkaran dan mencegah kebajikan, suka menyebar isu sebagai bahan adu domba dikalangan kaum muslilmin. d. Berkenaan dengan moral: senang berbohong, tidak amanah (khianat) ingkar janji, kikir, hedonis, dan overtunis, penakut (kebenaran), bersifat pamrih. e. Berkenaan dengan emosi: suka curiga terhadap orang lain, takut mati f. Berkenaan dengan intelektual: ragu dan kurang mampu mengambil keputusan (dalam kebenaran) dan tidak berfikir secara benar (Yusuf, 2007: 214-217) Selain itu dalam Al-Qur`an kepribadian manusia diklasiikasikan menjadi tiga, yaitu orang-orang yang beriman, orang-orang yang kair, dan orang-orang yang munafik. Masing-masing klasiikasi tersebut mempunyai sifat utama umum yang membedakannya dengan yang lain. a. Orang Beriman disifati dengan berbagai macam sifat antara lain: beraqidah (beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, kebangkitan dan perhitungan dan qadla qodar); beribadah (menyembah Allah, melaksanakan shalat, puasa, zakat, ibadah hajji, taqwa kepada Allah , berserah diri kepada Allah, membaca al-Qur`an); hubungan soisial (pergaulan secara ma`ruf dengan orang lain, dermawan, bijaksana, menyeru kepada yang ma`ruf dan mencegah yang munkar); hubungan kekeluargaan (berbuat baik kepada orang tua, karib kerabat, pergaulan suami istri yang ma`ruf, menjaga kehormatan keluarga); sifat-sifat moral (sabar, lapang dan, adil, melaksanakan amanat, menepati janji kepada Allah dan manusia, teguh dalam kebenaran, mampu mengendalikan hawa nafsu); sifat-sifat emosional dan sensual (cinta kepada Allah, takut akan azab, tidak putus asa akan rahmat Allah, tidak sombong); sifat intelektual dan kognitif (memikirkan alam semesta dan ciptaan Allah, menuntut ilmu); hubungan dengan kehidupan praktis dan professional (tulus dalam bekerja dan menyempurnakan pekerjaan , berusaha dengan giat dalam memperoleh rizki); sifat-sifat isik (kuat, bersih, sehat, dan suci dari najis). (Ustman Najti, Al-Qur`an…, h.256-265 dalam Arifin Zainal, 2016, p. 350) b. Orang Kair disifati dengan berbagai sifat yang nerupakan kebalikan dari sifat-sifat orang yang beriman. c. Orang Munafik sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an: إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرً “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka”. (QS. Al-Nisa`: 145.) Orang munaik disifati dengan berbagai sifat antara lain: dalam masalah aqidah (tidak tegas terhadap aqidah tauhid, dapat berubah disesuaikan dengan tempat di mana berada); dalam soal ibadah (ibadah karena riya` bukan karena Allah); sifat berkenaan hubungan sosial (menyuruh kepada kemungkaran dan mencegah kebaikan, menimbulkan kericuhan dalam barisan muslim dengan berbagai isu, memperdaya orang lain dengan bermulut manis, menarik perhatian, banyak bersumpah palsu); dan sifat-sifat moral (suka mengingkari janji, pembohong, kikir). (Zainal, 2016:350-351) E. Perkembangan Kepribadian Klasikal Proses Lisan Manusia di ciptakan oleh alloh swt dari unsur jasmaniah dan rohaniah. Dilihat dari karakteristik jasmaniahnya, manusia memiliki kesamaan dengan hewan (binatang). Kesamaan itu seperti berkaitan dengan kebutuhuhan-kebutuhan makan, minum, bernafas, istirahat dan seks (dorongan naluriah dalam rangka pengembangan keturunan). Dalam al Qur’an, surat Ali-Imran: 14. Dikemukakan tentang kebutuhan naluriah manusia ini: زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ “manusia dihiasi dengan perasaan senang terhadap: wanita,anak, harta yang banyak yang berupa emas, perak, kuda (kendaraan) pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesengan hidup di dunia, sedangkan di sisi Alloh ada tempat kembali yang menyenangkan (surga)”. Namun dari segi rohaniahnya, manusia berbeda dengan hewan. Dalam hal ini, manusia memiliki akal atau kalbu sebagai substansi rohaniah, yang dengannya manusia mampu merespon (menerima atau menolak) kebenaran ajaran agama sebagai pedoman hidup, rambu-rambu yang mengatur pola perilakunya di dunia ini. Agama menunjukan perilaku yang benar, yang membimbing manusia kearah kondisi kehidupan yang bahagia dan sejahtera, dan juga menunjukkan pola prilaku yang salah (menyimpang) yang memperosokan manusia ke lembah kehidupan yang nista dan nestafa. Dalam al-Qur’an dinyatakan, bahwa manusia berpotensi untuk menerima atau menolak kebenaran (asyasyam: 8) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا “...Maka Alloh mengilhamkan jiwa manusia “fujar” (kefasikan/kedurjanaan) dan “taqwa” (beriman dan beramal shaleh)”. Ayat ini menunjukan bahwa manusia dapat berkembang menjadi seorang yang berkepribadian mulia (shaleh), atau ke pribadian buruk (dzolim/fasik/munafik). Ke arah kepribadian yang mana manusia (individu) itu berkembang, amat bergantung pada kualitas pengalaman hidup sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini terutama pengalaman hidup yang di perolehnya dalam lingkungan keluarga. Pengalaman hidup yang pertama kali diperoleh individu adalah dari lingkungan keluarga dalam bentuk perawatan, asuhan dan pendidikan yang diberikan orang tuanya. (Yusuf, 2007: 217-218) 1. Perawatan a. Perawatan Orang Tua Terhadap Aanak Perawatan merupakan upaya orang tua dalam memelihara kelangsungan hidup anak, karena anak belum mampu hidup mandiri, atau mengurus kepentingan sendiri. Perawatan ini ditunjukan untuk memelihara pertumbuhan jasmaniahnya agar sehat, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun perawatan ini bersifat memelihara pertumbuhan jasmaniah, akan tetapi mempunyai dampak atau pengaruh yang sangat erat dengan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, dalam hal ini agama memberikan beberapa petunjuk sebagai pedoman dalam merawat anak ini. b. Perawatan pada saat hamil Seorang ibu sedang hamil perlu memelihara kesehatan dirinya, agar janin yang di kandungnya dapat tumbuh dengan sehat. Untuk itu dia perlu mengatur menu makanan sebaik-baiknya, yaitu yang mengandung gizi yang tinggi dan halal. Dalam al Qur’an, surat al-maidah: 88 وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ “dan makanlah segala sesuatu yang alloh telah merizqikan kepadamu, yang halal dan yang baik (gizi)”. Ayat tersebut menunjukan, bahwa makanan yang dikonsumsi anak harus yang halal (menurut agama) dan toyyiba (sehat dan bergizi tinggi). Makanan itu harus halal karena berkaitan dengan pemeliharaan nilai kemanusiaan pada diri anak. Dalam hadist riwayat Imam Tarmidzi, Rasullalloh bersabda “tiap jasad yang tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih utama baginya.” c. Perawatan pada masa bayi Pada masa bayi, anak perlu mendapatkan ASI. Dalam al Qur’an, seorang ibu di anjurkan untuk menyusui anaknya selama dua tahun (al-baqarah: 233) وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ “ dan para ibu menyusui anak-anaknya dua tahun secara sempurna”. ASI sangat penting bagi bayi, karena merupakan makanan yang paling baik baginya. Dilihat dari segi kesehatan, ASI mengandung zat tinggi, juga mengandung unsur kekebalan sebagai daya penangkal berbagai penyakit tertentu. Dilihat dari sudut kejiwaan, pemberian ASI kepada bayi dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan anak. Terjadinya jalinan ini merupakan fondasi yang sangat kokoh bagi perkembangan kepribadian anak yang sangat sehat. Anak yang mendapat curahan kasih sayang dari ibunya, akan berkembang dalam dirinya sikap percaya diri, yang pada gilirannya dia percaya kepada orang lain, bahwa orang lain melindungi atau memberikan rasa aman kepadanya. Masa ini oleh Erikson di sebut periode “sense of trust ”, periode “ perasaan aman””, dia mengatakan bahwa anak yang gagal mengembangkan rasa percaya (sense of trust) ini akan menjalani hidupnya dengan kegelisahan, tidak bahagia, merasa dirinya tidak di sayangi dan tidak mampu menyayangi, tidak mempunyai kepercayaan terehadap sesama manusia dan terhadap dirinya sendiri. 2. Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembanhgkan kepribadian anak. Melalui pendidikan, anak dapat mengenal berbagai aspek kehidupan, dan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam islam, pendidikan itu diarahkan untuk membimbing anak agar berkembang menjadi manusia yang berkepribadian muslim yang shaleh atau takwa. Muttaqin atau orang yang bertakwa merupakan predikat yang paling luhur dan mulia di sisi alloh. Muttaqin adalah mereka yang memiliki akidah atau keimanan yang berkualitas tinggi, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada ketentuan-ketentuan alloh, melalui amal shaleh, baik yang berwujud ibadah ritual-personal (habluminalloh), maupun ibadah sosial (hablumminannas, yaitu menjalin persaudaraan ), memlihara, mengelola, dan menggunakan semua nikmat dari alloh bagi kesejahteraan bersama). Mendidik anak merupakan amanah dari alloh, terutama bagi orang tua anak itu sendiri. Dalam ranngka mengembangkan kepribadian anak yang sholeh ini, ada beberapa hal yang seyoginya di perhatikan oleh para pendidik (orang tua atau guru), sebagai berikut : o Hendaklah bersikap ikhlas (tulus hati) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. o Bersikaplah lemah lembut dan menaruh kasih sayang kepadanya. o Hargailah pribadi anak (pendapat dan hasil karyanya). o Berilah anak kesempatan untuk mengembangkan rasa inisiatif (sense of initiative) o Bersikaplah adil terhadap anak. o Ciptakanlah suasana belajar yang menyenangkan, sehingga anak termotivasi untuk aktif belajar. o Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak. o Ciptakanlah suasana kehidupan yang kondusif bagi pengembang sikap sosial anak. o Bersikaplah positif terhadap kegagalan atau kekeliruan anak, Terkait dengan sikap atau perlakuan orangtua terhadap anak, rasulalloh SAW Shihab (263-264) dalam Yusuf bersabda: “ hargailah anak-anakmu dan didiklah mereka. Alloh memberi rahmat kepada orang yang membantu anaknya, sehingga anak dapat berbakti kepadanya.” Sahabat nabi bertanya: “bagaimana cara membantunya? Rasul menjawab: “menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, dan tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya”. a. Materi (isi) pendidikan Berikut akan dikemukakan materi pendidikan itu yang ada dalam al Qur’an dan hadist  Dalam surat luqman, ayat 13-19 di kemukakan tentang isi pendidikan itu, yaitu : a. Aqidah b. Ibadah c. Akhlak d. Da’wah  Al-hadist (riwayat imam hakim) : “ kewajiban orang tua terhdap anak adalah : memberi nama yang baik; membina akhlaknya; mengajar kitab, renang dan memanah ; memberi rizky yang halal ; dan menikahkannya”. b. Cara mendidik anak 1) Memberikan contoh atau keteladanan Dalam mendidik anak yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai agama atau moral perlu ada contoh atau teladan dari orang tua atau guru, agar anak mudah mencerna memahami dan dapat melakukan bergabagai konsep agama yang telah di terimanya anak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan ajaran agama dengan baik jika orangtuanya sendiri sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan agama atau menimbulkan sikap dualisme. 2) Memberikan pelatihan dan pembiasaan Memberikan latihan atau pembinaan kepada anak tentang ajaran agama, seperti ibadah sholat, do’a membaca alqur’an, menghapalkan surat-surat pendek dan berakhlakul karimah adalah penting. Karena melalui pembiasaan ini akan berkembang sikap anak yang positif terhadap agama, yang pada gilirannya dia terdorong untuk melakukan pengajaran agama itu secara ikhlas. 3) Memberi kesempatan untuk berdialog Seiring dengan bertambahnya usia anak dan juga tingkat pemikirannya, maka orang tua atau guru seyogianya memberikan peluang kepada anak untuk berdialaog atau berbincang-bincang tentang berbagai persoalan agama atau keterkaitan antara nilai-nilai agama dengan kesuluruhan askep kehidupan. BAB III PENUTUP A. Simpulan Kepribadian dapat diartikan dengan interaksi antara pikiran, hati, akal dan jiwa yang menunjukan kualitas orang tersebut. Kepribadian merupakan sesuatu yang sangnat unik, tidak ada seseorang pun yang mempunyai kepribadian yang sama, antara satu dengan yang lainnya, meskipun individu tersebut merupakan anak kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama. Oleh karena itu banyak para ahli yang mengelompokan kepribadian menjadi beberapa kelompok yang sangat berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Kepribadian yang harus dimiliki oleh orang islam disebut dengan kepribadian muslim. Kepribadian muslim ini yang menjadi salah satu ciri yang harus dimiliki sebagai orang islam. B. Saran 1. Penulisan materi dalam makalah ini diharapkan dapat membantu kita sebagai calon pendidik untuk memahami landasan keilmuan tentang teori kepribadian dalam perspektif islam. 2. Sebagai generasi pendidik, khususnya mahasiswa program studi Tarbiyah dan Keguruan kita diharapkan mampu menguasai teori kepribadian dalam perspektif Islam serta dapat mengimplementasikan teori tersebut dalam ruang lingkup pendidikan 3. Dengan memahami teori kepribadian dalam prospektif islam, diharapkan para pendidik dapat bekerja dengan maksimal, serta dapat memahami kepribadian siswa agar tujuan dari proses pendidikan tercapai. DAFTAR PUSTAKA Arifin Zainal, 2016. “Psikologi dan Kepribadian Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an”. Volume XII No.2 (hlm. 350-351). Trenggalek: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sunan Giri. Othman Nooraini, 2016. “A Preface to the Islamic Personality Psychology”. dalam International Journal of Psychological Studies. Volume 8 No.1 (hlm.20-27). Malaysia: UTM Perdana School Universiti Teknologi Malaysia. Najati, Muhammad Usman, 2005. Psikologi dalam Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya. https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam diakses pada 11 Maret 2018 pukul, 20.25 WIB http://pengayaan.com/pengertian-kepribadian-dalam-islam/ diakses pada 11 Maret 2018 pukul, 22.10 WIB LAMPIRAN Jurnal 1: Psikologi Dan Kepribadian Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an Jurnal 2: A Preface to the Islamic Personality Psychology Judul : Psikologi Dan Kepribadian Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an Volume : Vol. XII Halaman : Hal 337-352 Tahun : 2016 Penulis : Zainal Arifin Reviewer : Bayinah 1152040016 Dwi Lisdayani 1152040029 Fifit Fitriani 1152040040  Pengantar Penulis mengungkapkan bahwa jurnal ini bertujuan untuk melihat multi dimensi manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani (psikis) dan tidak terpaku pada teori-teori non-islam yang cenderung mengalahkan unsur spiritual dalam diri manusia yang erat hubungannya dengan tuhan.  Pembahasan Penulis mengatakan bahwa pribadi manusia secara utuh dapat dilihat dan ditelaah melalui deep research terhadap petunjuk-petunjuk al-Qur’an agar dapat dirumuskan manusia sempurna atau manusia qur’ani. Penulis juga mengatakan bahwa kecenderungan manusia dalam setiap tindakan yang mencerminkan adanya komponen (hawa) nafsu yang mengarah pada tiga cabang kepribadian yaitu kecenderungan untuk menuju Tuhan atau bertauhid (hanif/muthma’innah), kecenderungan merusak (amarah) dan kecenderungan untuk moral-progresif (lawwamah). Kemudian penulis juga mengatakan bahwa jiwa manusia secara totalitas terdiri dari dua dimensi, yaitu ruh dan jism, maka eksistensi manusia dapat dilihat dari aktualisasi keduanya. Aspek fisik dan spiritual tersebut dalam diri manusia harus seimbang. Kompromi antara kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis atau spiritual. Dalam islam tidak terdapat kependetaan yang menentang pemenuhan sebagian dorongan fisik. Dalam islam tidak terdapat nihilisme mutlak yang mengijinkan pemenuhan sepuas-puasnya dorongan-dorongan fisik. Yang diserukan Islam adalah penyaringan antara keduanya yaitu pemenuhan psikis dan juga pemenuhan fisik. Apabila keseimbangan antara tubuh dan jiwa ini terealisasi, maka akan terealisasikanlah kepribadian manusia dalam citranya yang hakiki dan sempurna seperti yang tercermin pada kepribadian Rasulullah SAW. Oleh karena itu, beliau adalah cermnan manusia sempurna dan kepribadian manusiawi yang ideal dan paripurna dimana semua kekuatan fisik dan psikis (spiritual) dalam keadaan seimbang.  Kesimpulan Penuis menginformasikan kepada pembaca bahwasannya kepribadian seseorang dalam perspektif islam tidak dapat dilihat hanya dengan pemenuhan psikis atau pemenuhan fisik tetapi keduanya harus memiliki keseimbangan dengan melihat seluruh dimensinya yaitu terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis agar menjadi manusia sempurna atau manusia qur’ani.  Kelebihan Informasi yang disajikan sangat akurat karena terdapat dalil-dalil al-Qur’an yang menguatkan pembahasan mengenai kepribadian dalam perspektif islam.  Kelemahan Kurangnya penyajian contoh dalam mengkaji suatu teori Judul : A Preface to the Islamic Personality Psychology Jurnal : international journal of psychologycal studies Volume : Vol. 8 No. 1 Tahun : 2016 Penulis : Nooraini Othman Reviewer : Bayinah 1152040016 Dwi Lisdayani 1152040029 Fifit Fitriani 1152040040  Pengantar Dalam jurnal ini penulis menginformasikan the concept of personality in Islam, the Islamic worldview and its relationship with personality and Islamic personality psychology. Yang melibatkan study tentang manusia dan kepribadian yang tidak terlihat metafisiknya seperti hati, fikiran, roh, dan jiwanya.  Pembahasan Penulis mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang terlihat unik dan istimewa sehingga membedakan satu sama lain. Karakter manusia dalam setiap hal yang dilakukan dalam hidup tidak hanya sebuah tujuan dalam kehidupan seorang Muslim tetapi sebagai tujuan akhir dari Iman dan Islam itu sendiri. Yang menjadi fokus studi dalam jurnal tersebut adalah mengungkap dampak sifat manusia sebagai faktor yang mendasari tentang perbedaan tipe kepribadian al-Qur’an menunjukan bahwa manusia diciptakan untuk tujuan khusus. Maka disempurnakan dengan Iman serta pengetahuan yang dapat memungkinkan dia untuk menyelesaikan tujuannya dibumi sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Kepribadian Islam yang didasarkan pada moralitas yang tinggi mencakup kepercayaan, sifat eksternal, atribut, perilaku, sopan santun, rahmat sosial dan adab. Ini mencakup aspek kehidupan inernasional termasuk hubungan manusia dan Tuhan. Kepribadian Islam adalah kepribadian yang jelas dan sangat berbeda. Kainnya adalah kitab Allah dan benangnya adalah Sunnah, dan kedua hal ini tidak bisa dipisahkan darinya. Ini adalah kepribadian yang tulus dan determinasi didik dan disempurnakan atas metodologi yang tepat. Sedangkan psikologi kepribadian Islam dapat digambarkan sebagai karakteristik perilaku manusia sebagai dimensi sifat manusia yang memiliki lima unsur diri ( tubuh, hati, pikiran, roh dan jiwa) dan bagaimana elemen-elemen itu saling berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia. Perilaku manusia adalah hasil dari kesabarannya terhadap penciptaan spiritual dan fisik Islam manusia yang dikonseptuaisasikan dalam ajaran Islam.  Kesimpulan Penulis menginformasikan kepada pembaca bahwa kepribadian seseorang jika mengacu pada kepribadian Islam dan dimensi spiritual seseorang harus ditempatkan ditempat yang semestinya untuk dapat mengklaim totalitas kepribadian seseorang. Dengan demikian akan tercipta kepribadian yang ideal dan holistik.  Kelebihan Penulis memaparkan informasi secara rinci  Kekurangan Penulis tidak menyertakan contoh untuk menguatkan informasi.

Tuesday, August 20, 2019

MAKALAH REKRUITMENT SUMBER DAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan manusia yang memiliki kebutuhan. Kebutuhan manusia sangatlah beragam mulai dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier dalam kehidupan masyarakat dijaman modern ini kebutuhan primer pun seperti makan tidak lagi bisa mencari di alam karena pertumbuhan manusia yang semakin bertambah yang berbanding lurus dengan kebutuhan manusia terlebih alam yang semakin menipis oleh karena itu segala menjadi tidak gratis terlebih masyarakat yang sudah enggan bersusah-susah mencari sendiri makanan. Oleh karena itu lowongan pekerjaan sangat dibutuhkan untuk mendapat uang agar bisa memenuhi kebutuhan. Namun lowongan kerja pun terbatas sedangkan pertumbuhan manusia selalu meningkat. Proses rekrutment karyawan pun bukan lah suatu hal yang mudah hanya manusia-manusia unggul yang dapat berkompetensi dan memenangkannya. Dalam suatu seleksi pun tak dapat dipungkiri banyak hal-hal yang menyimpang untuk mendapatkan posisi terbaik dalam pekerjaan namun terkadang kemampuan SDM kurang baik. Salah satu kunci utama dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional adalah terletak pada proses rekrutmen, seleksi, training and development calon tenaga kerja. Mencari tenaga kerja yang profesional dan berkualitas tidaklah gampang. Merupakan sebuah kewajiban dalam sebuah organisasi dan perusahaan-perusahan harus melakukan penyaringan untuk anggota atau para pekerja yang baru. Untuk itulah rekrutmen tenaga kerja dibutuhkan untuk menyaring para pelamar yang ingin melamar. Dalam organisasi, rekrutmen ini menjadi salah satu proses yang penting dalam menentukan baik tidaknya pelamar yang akan melamar pada organisasi tersebut. Apapun alasannya, jika terjadi lowongan pekerjaan dalam suatu organisasi maka lowongan tersebut haruslah diisi. Salah satu cara untuk mengisi lowongan tersebut adalah dengan melakukan proses rekrutmen. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai rekrutmen, mulai dari pengertian sampai dengan kendala-kendala dalam rekrutmen. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan rekrutmen ? 2. Apa Prinsip-prinsip rekrutmen? 3. Bagaimana Metode rekrutmen? 4. Apa yang dimaksud karyawan serta fungsinya? 5. Bagaimana proses seleksi karyawan?   BAB II PEMBAHASAN A. Rekrutemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Rekrutmen Rekrutemen SDM didefinisikan sebagai praktik atau aktivitas apapun yang dijalankan oleh organisasi untuk mengidentifikasi dan menarik para karyawan potensial. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian rekrutme, berikut dikemukakan beberapa definisi rekrutmen menurut beberapa ahli antara lain : • Susilo Martoyo (2000:21), menyatakan bahwa, “Rekrutmen adalah upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenega kerja yang tepat untuk memenuhi kebtuhan tenaga kerja yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi.” • Henry Simamora (1997:212) dalam buku koleksi digital Universitas Kristen Petra menyatakan bahwa “Rekrutmen (Recruitment) adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.” • Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105) menyatakan bahwa “rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi.” • Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) dalam Nanang Nuryanta (2008)rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. • Noe at. all ( 2000 ) rekrutmen didefinisikan sebagai pelaksanaan atau aktifitas organisasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja yang potensial. • Menurut Schermerhorn, 1997 Rekrutmen (Recruitment) adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan. • Malayu S.P Hasibuan (2000:40) menyatakan bahwa “Rekrutmen adalah usaha dan mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan perkerjaan yang ada dalam suatu pekerjaan” 2. Prinsip-Prinsip Rekrutmen a. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai. Untuk itu sebelumnya perlu dibuat: Analisis Pekerjaan, Deskripsi Pekerjaan, dan Spesifikasi Pekerjaan b. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia Untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan: Peramalan kebutuhan tenaga kerja, dan Analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja (workforce analysis). c. Biaya yang diperlukan diminimalkan. d. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang perekrutan. e. Flexibility. f. Pertimbangan-pertimbangan hukum. 3. Sumber dan Metode Rekrutmen Pegawai Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat diambil dari internal organisasi maupun eksternal organisasi. Perekrutan tenaga kerja dari dalam biasanya dilakukan oleh organisasi/perusahaan yang telah lama berjalan dan memiliki sistem karier yang baik. Perekrutan tenaga kerja dari dalam memiliki keuntungan, diantaranya adalah tidak mahal, promosi dari dalam dapat memelihara loyalitas dan dedikasi pegawai, dan tidak diperlukan masa adaptasi yang terlalu lama, karena sudah terbiasa dengan suasana yang ada. Namun demikian perekrutan dari dalam juga berarti terjadinya pembatasan terhadap bakat yang sebenarnya tersedia bagi organisasi dan mengurangi peluang masuknya pemikiran baru. a. Sumber Internal dan Metode Rekrutmen dengan Sumber Internal Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang dapat dicalonkan untuk dipromosikan, dipindahtugaskan atau diretasi tugasnya, serta mantan karyawan yang bisa dikaryakan dipanggil kembali. (Schuer & Jakson,1996:232) Beberapa alternatif perekrutan dengan sumber internal organisasi melalui: 1) Promosi Perekrutan internal yang paling banyak dilakukan adalah promosi untuk mengisi kekosongan pada jabatan yang lebih tinggi yang diambil dari pekerja yang jabatannya lebih rendah. 2) Transfer/Rotasi Di samping itu terdapat pula kegiatannya dalam bentuk memindahkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain yang sama jenjangnya. Dengan kata lain promosi bersifat vertikal, sedang pemindahan berifat horizontal (rotasi). 3) Pengkaryaan Kembali Berlaku untuk karyawan yang diberhentikan sementara dan dipanggil kembali ketika ada jabatan yang kosong. 4) Kelompok Pekerja Sementara / Kontrak Kerja Kelompok pekerja sementara (temporer) adalah sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan diupah menurut keperluan, dengan memperhitungkan jumlah jam atau hari kerja. Namun mereka dapat menjadi pekerja tetap, jika sesuai dengan persyaratan. Beberapa metode perekrutan dengan sumber internal antara lain dengan : 1) Rencana Suksesi/ Succeesion Planning Perekrutan ini merupakan kegiatan yang difokuskan pada usaha mempersiapkan pekerja untuk mengisi posisi-posisi eksekutif. 2) Penawaran Terbuka untuk suatu Jabatan (Job Posting) Perekrutan terbuka ini merupakan sistem mencari pekerja yang berkemampuan tinggi untuk mengisi jabatan yang kosong, dengan memberikan kesempatan pada semua pekerja yang berminat. Untuk itu setiap ada jabatan kosong diumumkan melalui media intern, bulletin perusahaan, papan bulletin/pengumuman, sarana telepon atau sistem komputer. 3) Perbantuan Pekerja (Magang) Perekrutan Internal dapat dilakukan melalui perbantuan pekerja untuk suatu jabatan dari unit kerja lain (pekerja yang ada). Kemudian setelah selang beberapa waktu lamanya apabila pekerja yang diperbantukan merupakan calon yang cocok/tepat dan sukses, maka dapat diangkat untuk mengisi jabatan kosong tersebut. 4) Penggunaan Daftar Ketrampilan Daftar Keterampilan berisi informasi tentang ketrampilan karyawan yang dimiliki perusahaan, biasanya tersimpan dalam dokumen data base bagian SDM perusahaan. Daftar ini memudahkan identifikasi para calon karyawan dengan bobot yang diperlukan untuk suatu jabatan. b. Sumber Eksternal dan Metode Rekrutmen dengan Sumber Eksternal Sumber rekrutmen eksternal meliputi individu-individu yang saat ini bukan merupakan anggota organisasi.Manfaat terbesar rekrutmen eksternal adalah bahwa jumlah pelamar yang lebih banyak dapat direkrut.Hal ini tentunya mengarah kepada kelompok pelamar yang lebih besar dan kompeten daripada yang normalnya dapat direkrut secara internal. Pelamar dari luar tentu membawa ide, teknik kerja, metode produksi, atau pelatihan yang baru ke dalam organisasi yang nantinya akan menghasilkan wawasan baru kedalam profitabilitas. Setiap organisasi atau perusahaan secara periodik memerlukan tenaga kerja dari pasar tenaga kerja diluar organisasi atau perusahaan. Beberapa sumber yang dapat digunakan dalam perekrutan eksternal seperti : 1) Lembaga Pendidikan Perekrutan calon tenaga kerja dilakukan biasanya bila organisai/perusahaan memerlukan jenis pendidikan tertentu tanpa memperdulikan pengalaman kerja. Melalui cara perekrutan ini, diharapkan dapat dibentuk karyawan sesuai yang diinginkan organisasi/perusahaan. 2) Teman/Anggota Keluarga Karyawan Organisasi/perusahaan dapat meminta jasa karyawan lama untuk mencarikan calon tenaga kerja. Umumnya karyawan yang dimintai tolong akan menyambut gembira, meskipun untuk tugas tersebut mereka tidak mendapatkan imbalan dalam bentuk materi. Lebih-lebih dalam kondisi sulitnya lapangan kerja seperti saat ini, karyawan akan gembira untuk menyodorkan informasi calon pegawai seperti saudara/teman/tetangga dan sebagainya. 3) Lamaran Terdahulu Yang Telah Masuk Perekrutan juga dapat diambil dari lamaran terdahulu yang telah masuk. Melalui pembukaan arsip atau file lamaran yang belum diterima, diharapkan akan didapat calon pegawai yang memiliki persyaratan sebagaimana yang diharapkan. 4) Agen Tenaga Kerja Cara ini boleh dibilang relatif sangat baru dan belum populer di Indonesia. Agen tenaga kerja adalah perusahaan swasta yang kegiatan utamanya adalah mencari dan menyalurkan tenaga kerja. 5) Karyawan Perusahaan Lain Perekrutan calon karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain dapat dilakukan secara legal maupun illegal. Yang dimaksud legal disini adalah perusahaan yang ingin merekrut harus mengeluarkan sejumlah biaya yang akan dibayarkan kepada perusahaan tempat calon pegawai tersebut bekerja. Perekrutan model ini lebih dikenal dengan sebutan transfer. Sedangkan perekrutan secara illegal lebih dikenal dengan pembajakan. Kelebihan dari perekrutan ini adalah : pengalaman terjamin; training/latihan diperlukan sekadarnya; kemungkinan mendapatkan ide-ide baru besar. Namun juga terdapat kelemahan dalam cara ini, yaitu : loyalitas kurangterjamin, dan calon mungkin memiliki kebiasaan yang kurang sesuai dengan iklim organisasi. 6) Asosiasi Profesi Perekrutan dilakukan melalui asosiasi suatu profesi sebagai mediator penyedia tenaga kerja profesional bagi perusahaan, seperti di Indonesia terdapat KADIN, IWAPI, HIPMI, IAI, dsb. 7) Outsourcing Terkadang perusahaan juga perlu melakukan efisiensi, beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan tanpa harus mengangkat tenaga kerja tetap dapat menggunakan tenaga kerja kontrak (outsourcing). Metode perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan, dapat dilakukan : 1. Melalui iklan di media massa (radio, TV, koran, internet) Melalui iklan atau adventensi diharapkan perusahan dapat merekrut calon tenaga kerja dengan spesifikasi tertentu dan dengan pengalaman kerja tertentu. Perekrutan melalui iklan ini biasanya disertai dengan suatu janji yang menarik, misalnya gaji yang besar, masa depan yang menarik dan sebagainya. 2. Akuisisi dan merger Ketika suatu perusahaan melakukan akuisisi atas perusahaan lain, atau merger dengan perusahaan lain maka akan memperoleh sejumlah tenaga kerja. 3. Open house Untuk menjaring lebih banyak tenaga potensial secara umum, perusahaan dapat melakukan open house di sejumlah kalangan yang diprediksikan dapat menarik calon tenaga kerja potensial, seperti di perguruan tinggi, even-even tertentu. 4. Menyewa konsultan perekrutan Terkadang untuk mencari dan merekrut tenaga kerja profesional dibutuhkan konsultan yang mampu mencari tenaga tersebut, dengan demikian ada jaminan melalui konsultan perekrutan perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencari tenaga kerja yang sesuai. B. Seleksi calon karyawan a. Pengertian seleksi Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian seleksi, berikut dikemukakan beberapa definisi seleksi menurut beberapa ahli antara lain : • Menurut Umi Sukamti (1989:153) suatu proses penetapan pelamar yang mana diantara mereka direkrut dengan melalui pertimbangan persyaratan-persyaratan untuk dapat diterima dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Sedangkan menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997), bahwa seleksi adalah proses mendapatkan dan mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang. • Nitisemito (1992:44) memberikan definisi atau pengertian seleksi sebagai kegiatan kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon yang dapat ditariknnya. • Hasibuan (1995:52) memberikan definisi atau pengertian seleksi sebagai suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau yang ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan itu. Seleksi ini didasarkan kepada spesifikasi tertentu dari setiap perusahaan bersangkutan. • Dale Yorder (1981:291) memberikan definisi atau pengertian seleksi sebagai suatu proses dengan mana calon karyawan dibagi ke dalam dua bagian yaitu yang akan diterima dan yang ditolak. b. Jenis-jenis seleksi a. Seleksi Administrasi Yaitu seleksi berupa surat-surat yang dimiliki pelamar untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang diminta organisasi perusa­haan, antara lain: a) Ijazah b) Riwayat hidup c) Domisili/keberadaan status yang bersangkutan d) Surat Lamaran e) Sertifikat keahlian misalnya: komputer f) Pas foto g) Copy Identitas (KTP. Pasport, SIM, dan lain-Iain) h) Pengalaman kerja i) Umur j) Jenis kelamin k) Status Perkawinan l) Surat Keterangan kesehatan dari dokter m) Akte Kelahiran 2. Seleksi secara tertulis, terdiri dari: a) Tes kecerdasan (Intelegensi test) b) Tes kepribadian (Personal test) c) Tes bakat (Aptitude test) d) Tes minat (Interest test) e) Tes prestasi (Achievment test) 3. Seleksi tidak tertulis terdiri dari: a) Wawancara b) Praktek c) Kesehatan/Medis c. Proses seleksi dan tahap seleksi Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai Karyawan baru. Proses ini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Proses tersebut pada umumnya meliputi evaluasi persyaratan, testing, Wawancara, ujian fisik. Dalam proses seleksi itu dipakai berbagai macam jenis dalam rnengevaluasi persyaratan dan terutama untuk testing. Ada dua konsep penting yang harus diperhatikan untuk peralatan seleksi ini, yaitu reliabilitas dan validitas. Beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam seleksi. yaitu: 1) Surat-surat rekomendasi, Pada umumnya surat-surat rekomendasi tidak berkaitan dengan kinerja pekerjaan karena semuanya mengandung pujian positif. 2) Format (borang) lamaran, Pada tahap ini perlu format baku formulir lamaran untuk mempermudah penyeleksi mendapatkan informasi/data yang lengkap dari calon karyawan. 3) Tes Kemampuan, Tes kemampuan adalah alat-alat yang menilai kesesuaian antara para pelamar dengan syarat-syarat pekerjaan. Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap para pelamar dengan syarat yang telah ditetapkan. 4) Tes Potensi Akademik (ability test), Beraneka macam tes mengukur sejauh mana kemampuan pelamar mulai dari kemampuan verbal dan keterampilan kualitatif sampai pada kecepatan persepsi. 5) Tes Kepribadian, Tes kepribadian (personality test) menaksir sifat-sifat (traits), karakteristik pekerja yang cenderung konsisten dan bertahan lama. 6) Tes psikologi, Para pengusaha corporate, pengusaha retail, perdagangan eceran, perbankan dan perusahaan jasa lainnya sejak lama menggunakan tes psikologi. Tes ini dilakukan di atas kertas dan pensil untuk membuat para pelamar yang tak berguna dan dianggap sering mencuri dalam pekerjaan. Namun pada saat ini banyak tes psikologi yang dirancang untuk menganalisis apakah para pelamar mempunyai etika kerja yang baik, dapat dimotivasi, atau sebaliknya dapat dikalahkan oleh tantangan-tantangan pekerjaan. 7) Wawancara a) Pengertian Wawancara, Wawancara sebagai suatu pertemuan dari individu yang berhadap-hadapan satu dengan lainnya. Wawancara mempunyai tujuan yang khusus dan diselenggarakan dengan kesadaran untuk itu. Berdasarkan pengertian di atas maka suatu wawancara baru terjadi apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: • Mengharuskan adanya pertemuan pribadi (harus bisa saling melihat, saling mendengar suara masing-masing, saling memahami bahasa yang dipergunakan) • Mengandung suatu sifat formal (dengan pengertian bahwa pertemuan tersebut diadakan dengan suatu tujuan tertentu). b) Persiapan Wawancara, Bentuk atau jenis wawancara apapun yang akan digunakan, keharusan melakukan persiapan terlebih dahulu merupakan hal mutlak. Langkah-langkah yang perlu dilakukan: • Penentuan tujuan wawancana diadakan. Setiap pewawancara pertama-tama harus mempersiapkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk dapat memenuhi kriteria sebagai pewawancara yang baik. • Apabila wawancara dilakukan dalam rangka seleksi, pengenalan terhadap organisasi perusahaan secara umum, kondisi kerja dan spesialisasi jabatan, harus sudah dilakukan dalam rangka persiapan ini. • Apabila langkah di atas telah dilaksanakan, pewawancara mulai menentukan secara terinci tujuan yang ingin dicapai. • Menentukan waktu pelaksanaan wawancara. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, waktu pelaksanaan wawancara bisa bervariasi. • Menetapkan tempat pelaksanaan wawancara. Wawancara dapat dilaksanakan secara efektif apabila ruangan yang digunakan terhindar dari kemungkinan terganggu (ruangan yang bising), sebaiknya ruangan yang nyaman. c) Pelaksanaan Wawancara Ada 3 hal yang perlu diperhatikan di dalam rangka pelaksanaan wawancara, yaitu: (1) jenis pertanyaan yang diajukan; (2) pendengar yang baik; dan (3) gerak gerik. 8) Wawancara dengan Supervisor, Tanggung jawab terakhir untuk keberhasilan pekerja yang baru diterima terletak pada supervisor yang sering dapat mengevaluasi kemampuan-kemampuan teknis pelamar dan dapat menjawab pertanyaan-penanyaan yang berkaitan dengan pekerjaan khusus pelamar dengan tepat. 9) Evaluasi Medis/Kesehatan, Proses seleksi termasuk pula evaluasi medis pelamar sebelum keputusan mempekerjakan karyawan dibuat. Normalnya, evaluasi tersebut terdiri atas ceklis kesehatan yang meminta pelamar menunjukkan informasi kesehatan dan kecelakaan. Angket kadang-kadang ditambah dengan pemeriksaan fisik oleh perawat atau dokter perusahaan. 10) Peninjauan Pekerjaan yang Realistis, Peninjauan pekerjaan yang realistis menambah wawancara pengawas/supervisor. Peninjauan pekerjaan yang realistis artinya menunjukkan pekerjaan kepada para pegawai dan format pekerjaan sebelum keputusan penerimaan dibuat. Hal ini menunjukkan kepada calon karyawan, jenis pekerjaan, peralatan dan kondisi-kondisi kerja yang dilibatkan. 11) Assessment Center, Assessment center adalah cara penilaian para karyawan dengan menggunakan tempat tertentu untuk menguji pelamar dalam suatu simulasi atas tugas-tugas yang diminta. Para penyelia menilai kinerja pada simulasi ini dan membuat kesimpulan menangani kemampuan dan keterampilan masing-masing pelamar pada area tertentu, seperti pengorganisasian, perencanaan, pembuatan keputusan, dan kepemimpinan. 12) Drug test, Tes ini secara khusus meminta para pelamar untuk menjalani analisis air seni sebagai pokok dari prosedur seleksi rutin. Pelamar yang mempunyai hasil positif akan dihapus dari pertimbangan pemilihan selanjutnya. Maksud utama dari tes ini adalah untuk menghindari pengangkatan karyawan yang mungkin membuat masalah. 13) Keputusan Penerimaan, Terlepas dari apakah supervisor atau departemen SDM membuat keputusan penerimaan, penerimaan (kerja) menandakan akhir proses seleksi dengan beranggapan bahwa kandidat menerima tawaran kerja Proses penerimaan kerja menyangkut lebih dari sekedar menyampaikan tawaran. Untuk memelihara hubungan-hubungan publik yang baik departemen SDM harus memberi tahu pelamar yang tidak terpilih.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan • Rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi • Prinsip yang harus diperhatikan dalam rekrutmen yaitu Mutu karyawan, jumlah karyawan, biaya yang diperlukan diminimalkan. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang perekrutan, Flexibility, Pertimbangan-pertimbangan hukum. • Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat diambil dari internal organisasi maupun eksternal organisasi. • Seleksi sebagai kegiatan kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon yang dapat ditariknnya. • Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai Karyawan baru. DAFTAR PUSTAKA • Gomes. Cardoso faushino. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi : Yogyakarta. • Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia,Cetakan Ketiga. Rineka Cipta : Jakarta.

Komunikasi Politik Strategis

  Definisi Komunikasi Politik Strategis Anders G. Romarheim [Summary] Komunikasi politik datang dalam berbagai bentuk. Bagian pertama dari tulisan ini menyajikan beberapa varian komunikasi politik, dan menyediakan satu set definisi komunikasi tersebut . Sebuah pusat gravitasi sepanjang batas dan tumpang tindih antara retorika dan propaganda. Dikatakan di sini bahwa retorika tidak seperti propaganda memiliki potensi untuk musyawarah. Propaganda secara inheren memusuhi debat dan diskusi. Keengganan ini terhadap debat dan diskusi telah di kali telah terbukti dalam hal perang pemerintahan Bush atas terorisme. Bagian kedua dari artikel berkaitan dengan propaganda dari pemerintahan Bush ditujukan untuk memadamkan perdebatan. Semua kepala sekolah dari pemerintahan George W. Bush pertama (2001-2005) mengambil bagian dalam strategi ini. Sebagian besar materi yang disajikan di sini dijelaskan di lebih rinci dalam Anders G. Romarheim (2005). "Crossfire of Fear: Propaganda di AS Perang terhadap Terorisme "Hovedoppgave i Statsvitenskap, ISV, UIO. Definisi Komunikasi Politik Strategis Artikel ini menyajikan definisi komunikasi politik strategis. Salah satu pusat gravitasi untuk diskusi tersebut menyangkut batas dan tumpang tindih antara retorika dan propaganda. Apa propaganda, apa retorika, dan bagaimana mereka harus didefinisikan? Kedua varian komunikasi dalam banyak kasus sangat sulit untuk terpisah; ada abu-abu zona antara mereka. Namun demikian, sebagai Dr Johnson fasih menunjukkan: 'Kenyataan bahwa nuansa siang sampai malam melalui senja tidak berarti bahwa kita tidak bisa membedakan antara siang dan malam ' (Dikutip dalam Brown 2004: 53). Bahwa “propaganda” adalah istilah yang di sengketakan dan kontroversial membuatnya bahkan lebih penting untuk bekerja dengan itu, dan berusaha untuk konsensus yang lebih besar tentang isi dan inti. Setelah perang dunia kedua, propaganda sebagian besar telah di gunakan dengan cara merendahkan dalam bahasa sehari-hari. Ini agak tidak layak: propaganda banyak melayani tujuan baik sebanyak berakhir buruk. Propaganda tidak perlu seburuk reputasi saat ini. Mereka skeptis (kurang percaya) untuk setiap jenis propaganda harus ingat bahwa itu secara luas digunakan oleh kedua belah pihak dalam perang dunia abad ke-20, dan memainkan peran penting dalam mengendalikan internasional Komunisme selama Perang Dingin. Jika bangsa menginginkan untuk berhasil dalam perang, itu akan menjadi lalai dan genting tidak memanfaatkan propaganda. 'Perang predetermines penggunaan propaganda '(Page 1996: 41). Ketika istilah terkendala oleh konotasi negatif dan asosiasi, sinonim alternatif atau eufemisme biasanya akan muncul. Kami akan mulai dengan beberapa pengamatan tentang komunikasi strategis, sebelum pindah ke mendefinisikan retorika, propaganda dan varian lain dari politik strategis komunikasi. Pada bagian kedua dari artikel ini, beberapa prinsip teoritis akan diuji pada bahan empiris – lebih tepatnya, perang melawan terorisme dan perang di Irak. Tiga strategi komunikasi diadopsi oleh George W. Bush administrasi akan disajikan. Ini akan berpendapat bahwa strategi yang terbaik didefinisikan sebagai strategi propaganda yang ditujukan untuk menghasilkan dukungan publik untuk perang melawan terorisme. Strategi propaganda dari Bush administrasi berusaha untuk membangun hubungan antara perang di Irak dan Afghanistan, dan untuk menyebarkan persepsi bahwa Irak memiliki saham yang cukup besar dari senjata pemusnah massal. Selain itu, ada komunikasi strategis yang dirancang untuk tersedak oposisi dan mengakhiri setiap diskusi kritis tentang perang melawan terorisme. komunikasi politik dan persuasi massa kekuasaan dan pengaruh. Ini juga merupakan proses pengambilan keputusan yang menentukan distribusi barang sosial dan menetapkan hukum, hak dan larangan. Hal ini berlaku apakah keputusan yang dibuat oleh seorang diktator yang sewenang-wenang atau oleh badan perwakilan delegasi terpilih. Untuk lebih memahami politik di masyarakat, kita perlu memahami komunikasi dalam nya berbagai formulir. Politik tanpa komunikasi adalah seperti memiliki darah tanpa pembuluh darah dan arteri: itu tidak benar-benar terjadi di mana saja. Gagasan Aristoteles komunikasi dan bahasa tetap menjadi landasan teori komunikasi. Sepanjang zaman, telah tanpa henti dan penuh semangat menyerang dari banyak pihak - tanpa pernah menghilang dari pandangan. Gambar I menyajikan contoh model Aristotelian komunikasi: Gambar I: Pembicara Argumen Pidato Hadirin Salah satu keterbatasan dari model ini adalah bahwa hal itu menggambarkan komunikasi sebagai proses satu arah. Yang merupakan fitur yang menarik, justru karena propaganda sering digambarkan sebagai onedirectional komunikasi - tetapi definisi berbuah komunikasi harus mencakup komunikasi dua arah juga. Konsepsi yang lebih modern berasal dari George Gerbner: komunikasi adalah interaksi sosial melalui pesan (Dikutip dalam McQuail 1994: 10). Pendekatan tersebut cukup luas untuk tujuan pasal ini, dan termasuk tindakan non-verbal dan tidak bertindak sebagai suatu sarana berkomunikasi. Mempersempit ruang lingkup komunikasi secara umum, untuk berfokus pada komunikasi massa, kita menemukan mekanisme tertentu di tempat ketja. . McQuail (1994: 38) berpendapat bahwa fitur berikut yang hadir dalam proses komunikasi massa: 'skala besar, aliran satu arah, asimetris, impersonal dan anonim, hubungan kalkulatif dan konten standar 'Seorang komunikator yang menargetkan audiens massa melakukannya dalam kalkulatif - dan berpotensi manipulatif - Cara. Khalayak massa telah di definisikan dalam studi komunikasi sebagai objek pasif manipulasi. Itu (massa) tidak bertindak untuk dirinya sendiri tetapi, lebih tepatnya, di tindaklanjuti. (ibid) Selanjutnya, isi dari komunikasi massa di anggap standar. Salah satu alasan utama untuk ini adalah bahwa akses ke media massa, dan kesempatan membentuk isinya, yang untuk sebagian besar hanya di berikan kepada elit komunikator profesional. Wartawan, politisi, produser media dan pengiklan cenderung untuk mereproduksi prosedur dan praktek, dan mereka megikuti kode tertentu perilaku ketika 'memproduksi' komunikasi massa. Ini menyerupai pola kebiasaan yang mencirikan birokrasi yang dikenal sebagai 'Operasi Standar Prosedur '(SOP). Saluran media yang akan menumbuhkan sendiri konvensi tertentu dan praktek. Salah satu alasan untuk mendirikan media yang berbeda budaya media-channel adalah untuk membuatnya mudah dikenali dan dengan demikian mampu memperoleh penonton setia. Komunikasi massa cukup sering juga di sebut persuasif komunikasi. Teori pemrosesan informasi McGuire, diperkenalkan pada tahun 1968, memberikan presentasi jelas bagaimana komunikasi persuasif bekerja. Teori ini beroperasi dengan enam langkah: 1. pesan persuasif harus dikomunikasikan. 2. receiver akan hadir untuk pesan. 3. penerima akan memahami pesan. 4. penerima hasil ke dan yakin dengan argumen yang disajikan. 5. Posisi baru diadopsi dipertahankan. 6. perilaku yang diinginkan terjadi. (Dari Severin & Tankard 2001: 174). Hanya satu pertanyaan kritis akan dinaikan untuk teori McGuire. Mengenai langkah 4, mengapa kata 'yakin' digunakan sebagai pengganti 'membujuk'? Tentunya, komunikasi persuasif harus memiliki persuasi sebagai tujuannya. 'Yakin' dan 'membujuk' cukup dekat dalam arti, tapi ada nuansa di sini yang layak pengakuan. Sebuah definisi kamus dari kata kerja 'untuk meyakinkan 'adalah:' untuk membuat seseorang benar-benar yakin tentang sesuatu '(Longmans 1992: 280). Jika ada yang di bujuk di sisi lain, mungkin masih ada satu ons keengganan atau keraguan, tetapi meskipun itu, membujuk menyerah pada tekanan dari pembujuk. Orang membjuk dapat melakukan tindakan eksternal yang sama sebagai orang yakin, tapi sentimen batinnya tidak perlu kongruen dengan perilaku yang dapat di amatinya. Sekarang untuk efek komunikasi massa; bagaimana cara publik berhubungan dengan komunikasi massa politik seperti berita? Ini jelas bahwa outlet berita komersial berusaha untuk menyempurnakan berita mereka sesuai dengan (dianggap) tingkat intelektual dari khalayak utama mereka. Berita yang terlalu sulit - atau terlalu sederhana - Untuk penonton biasa untuk menafsirkan dapat mengakibatkan penurunan drastis peringkat untuk outlet berita. 'Masyarakat akan menerima berita jika diatur dalam sistem yang dipahami '(Ellul 1973: 250). Teori skema meneliti proses yang mengarah ke interpretasi “Baru”- atau pura-pura baru - informasi, dan bagaimana penafsiran baru ini dipengaruhi oleh informasi lama, dalam pikiran individudi. Titik awal Pengolahan Graber Berita (1993) adalah bahwa “orang Amerika dihadapkan oleh banjir pasang yang tampaknya diatur informasi” (Graber 1993: 1). Akibatnya 'orang hanya memperhatikan sejumlah kecil dari informasi yang tersedia '(Ibid: 2). Teori skema menunjukkan bahwa informasi yang berlebihan memaksa individu untuk menyederhanakan dan mengkategorikan informasi baru atas dasar pengetahuan yang sudah ada tersimpan dalam 'skema'. 'A schemata adalah struktur kognitif yang terdiri dari terorganisir pengetahuan tentang situasi dan individu yang telah disarikan dari pengalaman sebelumnya '(Graber 1993: 28). Ketika menghadapi informasi politik baru, individu akan memulai proses decoding pesan melalui perbandingan dengan schemata yang sudah ada, sampai salah satu ditemukan bahwa cocok cukup baik. Setelah menemukan schemata seperti itu, individual transfer beberapa pengetahuan yang sudah schemata yang ada ke informasi baru. Akibatnya, sedikit adalah belajar bahwa sebenarnya baru - bahkan ketika individu pertemuan skenario jelas baru dan informasi politik. Ini memiliki setidaknya dua implikasibagi komunikator politik, propaganda dan wartawan. Pertama, mereka harus mencoba untuk menyajikan informasi politik baru dalam format dan dengan Struktur yang sudah agak akrab bagi penonton. Kedua, akan rasional untuk menyederhanakan komunikasi massa politik, sehingga untuk memastikan bahwa informasi yang paling penting akan melalui penonton. Jika komunikator tidak menyederhanakan informasi, maka individu mungkin akan - dan kemudian ada tidak tahu apa yang akan dipahami dan diingat. Pemberitaan cerita penuh mungkin sebenarnya membingungkan dan mengalihkan perhatian penonton pergi dari bagian yang paling penting dari argumen atau informasi. Definisi propagandan dan reorika Istilah 'propaganda' berasal dari upaya paus untuk mencegah penyebaran Protestan dan untuk menyebarkan iman Katolik: Sacra Congregatio de Propaganda Fide, yang didirikan oleh Paus Gregorius XV tahun 1622. Kata ini berasal dari kata kerja bahasa Latin 'propagare', yang berarti untuk menyebarkan dan menyebarkan. Kita dapat mendefinisikan propaganda sebagai berikut, terutama didasarkan pada Jowett & O'Donnell (1999: 6) dan Ellul (1973: 61): Propaganda adalah komunikasi massa strategis yang sistematis disampaikan oleh sebuah organisasi untuk membentuk persepsi dan memanipulasi kognisi dari audiens yang spesifik. Yang utama Tujuannya adalah untuk mengarahkan perilaku penonton untuk mencapai tanggapan yang lebih lanjut tujuan politik propaganda organisasi Satu klarifikasi: Dalam propaganda, di sini didefinisikan, ada tidak ada undangan untuk berdialog. '[Propaganda] tidak mentolerir diskusi; sifatnya, itu tidak termasuk kontradiksi dan Diskusi '(Ellul 1973: 11). Dalam hal ini propaganda berbeda dari retorika - lagi, sebagaimana didefinisikan di sini. Definisi normatif retorika disarankan di sini terdiri dari Aristoteles (1941: 1329) Definisi berabad-abad, dilengkapi dengan Jowett & O'Donnell (1999: 28) pendekatan kontemporer untuk persuasi: Retorika adalah fakultas mengamati dalam setiap kasus mengingat sarana yang tersedia persuasi yang berpotensi - dan idealnya - hasil dari proses komunikatif interaktif. Dalam retorika – ketika di definisikan sebagai proses dua arah berpotensi debeliratif – argumentasi yang relevan dan tulus akan memainkan peran sentral. Peserta dapat berharap bahwa prinsip-prinsip relevansi dan kebenaran akan dihormati. (Andersson & Furberg 1973: 33). Ini juga mungkin benar contoh propaganda. Untuk propagandis, namun, pilihan instrumen untuk mempengaruhi sasarannya adalah sepenuhnya merupakan pertanyaan tentang strategi: propagandis tidak tertarik dalam proses interaktif yang melibatkan pengaruh timbal balik. Teori yang bertujuan untuk memisahkan propaganda dari bentuk-bentuk komunikasi lainnya cenderung berfokus pada salah satu dari tiga kriteria: konten, teknik atau asimetri kepentingan. Pertama, para sarjana seperti Leonard Doob (1948) telah menyarankan bahwa sifat dari isi komunikasi menentukan apakah kita berhadapan dengan propaganda atau tidak. Definisi Seperti itu fokus pada pertanyaan informasi / disinformasi dan kebenaran objektif, setengah-kebenaran atau kebohongan yang disengaja. Seseorang tidak harus mengabaikan gagasan tentang realitas objektif, tetapi merupakan konsep yang sulit untuk bekerja. Kedua, definisi yang fokus pada teknik biasanya menyatakan bahwa propaganda memiliki lebih berkaitan dengan bagaimana hal-hal yang dikomunikasikan dari pada dengan isi substansial apa yang dikomunikasikan. Propaganda harus dipahami sebagai sarana: itu dapat diterapkan terhadap ujung yang mungkin tidak bermoral atau moral. 'Propaganda sebagai alat belaka tidak lebih bermoral atau tidak bermoral dari pompa menangani '(Lasswell 1995: 21). Ketiga ada, kriteria asimetri kepentingan antara pembujuk dan membujuk. Hal ini kadang-kadang menyatakan bahwa kita berhadapan dengan propaganda jika tujuan yang diinginkan dari pembujuk 'akan menguntungkan untuk pembujuk tetapi tidak dalam kepentingan terbaikdari membujuk '(Brown 1958: 300). Pada kenyataannya Pendekatan ini bermasalah, karena mungkin sulit untuk menentukan apa yang akan di kepentingan terbaik dari membujuk. mengambil contoh, di mana kita asumsikan bahwa govermental "kampanye informasi" adalah memang propaganda yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku. Banyak orang menikmati merokok dan tidak ingin berhenti, meskipun mereka tahu itu serius merusak kesehatan mereka. Kampanye propaganda Pemerintah anti merokok bertujuan hasil yang 'demi kepentingan terbaik’ dari perokok, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini lebih suka melihat propaganda terutama sebagai teknik. Sulit untuk menentukan apakah seseorang dapat mengambil manfaat dari yang terkena propaganda atau tidak. Selanjutnya, propaganda tidak perlu benar. Untuk mengurangi definisi propaganda untuk terutama soal konten oleh karena itu tidak cukup, dan akhirnya dapat menyebabkan definisi berguna dari propaganda didefinisikan sebagai kebalikan dari fakta terbukti dan kebenaran . Definisi propaganda yang dikemukakan di sini pada dasarnya adalah sebuah upaya penyambungan dua definisi berpengaruh dalam akademik literatur tentang propaganda. Mari kita mulai dengan memeriksa Jowett & Definisi O'Donnell lebih dekat: Propaganda adalah disengaja, upaya sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi kognisi, dan perilaku langsung untuk mencapai respon yang lebih lanjut yang diinginkan dari propagandis. (Jowett & O'Donnell 1999: 6) definisi teknik berorientasi ini adalah alat analisis yang berguna. kata-kata yang tepat, dan sebagian besar netral untuk pertanyaan moralitas dan konten. pertama dua hal definisi tersebut merupakan kriteria penting dalam mendefinisikan propaganda. Hal ini sering diambil sebagai implisit, tetapi harus dinyatakan secara eksplisit, propaganda yang adalah sistematis dan disengaja. Aspek yang disengaja ini mengakui propagandis sebagai aktor instrumental dan disengaja. Selanjutnya, Jowett & O'Donnell merangkum banyak kegiatan propaganda dengan persepsi bentuk kata-kata ', memanipulasi kognisi '. Proses ini merupakan inti dari definisi mereka. 'Bentuk' mengacu pada bentuk yang lebih ringan dari propaganda, sedangkan 'memanipulasi' umumnya memiliki konotasi negatif. Titik penting untuk propagandis adalah untuk menyebarluaskan tertentu kognisi dan persepsi untuk menghasilkan perilaku yang propagandis menganggap diinginkan. perilaku pasif juga merupakan tujuan yang mungkin: yang diinginkan perilaku terhadap yang karya propaganda mungkin tidak bertindak, implisit mendukung dan mempertahankan status quo. Ini Penting untuk dicatat bahwa Jowett & O'Donnell tidak mengecualikan kemungkinan bahwa perilaku yang diinginkan dari waktu ke waktu menjadi bermanfaat bagi propagandee juga. Asimetri kepentingan antara propagandis dan propagandee sangat umum, tetapi seharusnya tidak dijadikan sebagai kriteria definisi Masalah kecil yang terlibat dalam Jowett & O'Donnell Definisi batang sebagian besar dari apa yang tidak termasuk. Bisa jadi berpendapat bahwa definisi terlalu lebar dan harus mencakup kriteria tambahan untuk mengurangi populasi ditemukan di propaganda semesta. Salah satu definisi yang dapat memperbaiki beberapa kekurangan adalah bahwa disediakan oleh Jacques Ellul (1973: 61): Propaganda adalah seprangkat metode yang di gunakan oleh kelompok terorganisir yang ingin membawa tentang partisipasi aktif atau pasif dalam tindakanya dari massa individu, psikilogis bersatu melalui manipulasi psikologis dan tergabung dalam sebuah organisasi. Kata 'metode' digunakan dalam definisi ini, menunjukkan yang Ellul juga ditempatkan dalam cabang teori propaganda yang memandang propaganda sebagai teknik. Selain itu, gagasan propaganda sebagai fenomena massa mencolok di sini. Menurut Ellul, propaganda dimulai oleh sebuah terorganisir kelompok dan diarahkan pada massa individu. Tujuan dari propaganda adalah untuk agitasi dan menginspirasi orang untuk bertindak dan menggabungkannya dalam suatu organisasi. Menurut Ellul, 'Total propaganda' harus dilakukan. Semua media yang tersedia harus diterapkan untuk mencapai berbagai dalam kelompok sasaran. Dia lebih jauh berpendapat bahwa propaganda melengkapi individu dengan sistem yang lengkap untuk menjelaskan dunia (Ellul 1973: 11), dan menekankan pentingnya kontrol terpusat atas media untuk propaganda efektif (ibid: 102). Asumsi terakhir ini sekarang telah menjadi usang. 'Hanya tindakan adalah perhatian propaganda modern (Ellul 1973: 25). Dalam hal ini ia meremehkan efek pasif dan penenang propaganda yang mungkin dimiliki. Memanipulasi kognisi mungkin menjadi cara yang efektif bagi sebuah negara untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan seperti kerusuhan atau demonstrasi, belum lagi akhir dan ancaman eksistensial: kudeta yang dapat menggulingkan propaganda organisasi. Sini tampaknya lebih tepat untuk menggunakan kata 'Perilaku' daripada 'tindakan'. Ellul menyajikan satu lagi ide yang layak menyebutkan: konsep propaganda sebagai pengganti pemimpin. "Ini berarti bahwa dalam kelompok tanpa pemimpin, tetapi dikenakan propaganda, efek sosiologis dan psikologis adalah sama seperti jika ada adalah seorang pemimpin '(Ellul 1973: 211). Jika kita berhubungan ide ini ke pelopor saat ini di dunia terorisme internasional, potongan jatuh ke tempatnya. Sel-sel Al Qaeda kadang beroperasi seolah-olah ada hadiah pemimpin, meskipun mereka belum pernah bertemu Bin Laden atau letnannya terdekat. Bahwa kelompok-kelompok seperti mungkin masih terinspirasi dan disutradarai oleh propaganda Al Qaeda juga menunjuk sebuah kebenaran penting: bahwa bagian integral dari mengalahkan terorisme internasional terdiri dalam melakukan propaganda berkampanye mampu menyangkal propaganda yang dikeluarkan olehpemimpin spiritual dan ideologis dari kelompok teroris. Propaganda: aspek perbandingan Kata yang sering digunakan sebagai sinonim untuk propaganda kebohongan, distorsi, penipuan, manipulasi, pengendalian pikiran, perang psikologis, cuci otak dan perundingan (Jowett & O'Donnell 1999: 3). Kontras propaganda untuk istilah lain dapat meningkatkan pemahaman kita tentang hal itu. Berikut ini, propaganda akan dilihat dalam kaitannya dengan kata-kata seperti informasi, pendidikan, spin, dan konsep diplomasi publik. Iklan tidak akan diberikan banyak perhatian di sini, karena propaganda, sebagai istilah yang didefinisikan di sini, bukan tentang menjual produk. Tidak seperti propaganda, iklan memiliki ujung ekonomi (Ellul 1973: 62). propaganda politik memiliki kapasitas yang melekat untuk terlibat di luar konsumerisme sepele: itu sebenarnya tentang kehidupan dan kematian (Taithe & Thornton 1999: 15). Jowett & O'Donnell (1999: 12) menjelaskan propaganda sebagai 'putih, abu-abu atau hitam, dalam hubungan dengan pengakuan sumber dan akurasi informasi. "Kedua variabel untuk membuat tipologi sebuah telah digunakan untuk beberapa waktu sekarang ; juga Ellul (1973: 15) membahas mereka, dengan penekanan pada propaganda terselubung maupun terbuka. propaganda 'White' berasal dari sumber yang diidentifikasi dengan benar, dan informasi dalam pesan cenderung faktual akurat. Namun demikian, pesan propaganda putih ditandai dengan bias 'penalaran', dan sering bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas sumber. kredibilitas tersebut dapat digunakan pada tahap berikutnya ketika mempengaruhi dan memanipulasi mungkin lebih penting daripada ketika pesan propaganda putih disampaikan. Hal ini propaganda putih yang tumpang tindih paling dengan istilah terkait seperti diplomasi publik, informasi, retorika dan persuasi. 'Black' propaganda berlaku siluman dan dikreditkan ke sumber palsu. Menyebar kebohongan dan rekayasa. Hitam propagandis tidak memiliki kepedulian terhadap kebenaran: penipuan secara aktif dicari. Selain itu, propagandis hitam tidak akan ragu-ragu untuk menerapkan teknik apapun untuk mencapai persuasi. Bjørgo & Heradstveit (1996: 12) telah diberi label propaganda sebagai 'persuasi oleh semua - dan setiap - berarti'. Deskripsi ini sangat tepat untuk propaganda hitam. propaganda 'abu-abu' ditempatkan di tengah-tengah sebuah kontinum membayangkan antara propaganda hitam dan putih. Kebenaran dari informasi dan identitas sumber dapat diketahui atau tidak diketahui. Logikanya, propaganda tidak akan pernah 'hitam' jika sumber aslinya dapat ditentukan, dan jika sumber yang mengakui keterlibatannya. Tidak peduli seberapa manipulatif atau menipu pernyataan, itu harus diklasifikasikan sebagai abu-abu jika sumber dapat diidentifikasi dengan benar. Demikian pula, pesan mungkin tulus dan akurat, namun demikian abu-abu, karena sumber tidak diketahui. proses edukatif menyerupai proses propaganda sampai batas tertentu. Ellul (1973: xiii) menganggap propaganda menjadi 'semieducative' atau 'pendidikan ulang'. Propaganda dapat digunakan untuk memecah atau menonaktifkan sebelum belajar. Beberapa propaganda putih mungkin tumpang tindih dengan apa yang biasanya didefinisikan sebagai pendidikan - yaitu 'proses dimana pikiran dan karakter seseorang dikembangkan melalui pengajaran' (Longmans 1992: 407). Salah satu perbedaan penting antara pendidikan dan propaganda dijelaskan dalam pernyataan berikut: 'Pendidikan mengajarkan kita bagaimana berpikir untuk memungkinkan kita untuk membuat pikiran kita sendiri, propaganda mendikte apa yang harus berpikir' (Cull et al 2003:. Xix). Ketika salah satu mendikte apa yang orang lain harus berpikir - dan akibatnya juga bagaimana orang lain harus bersikap - ada pendidikan asli sedikit yang terlibat. Ini memiliki lebih berkaitan dengan pikiran-kontrol untuk 'pembuatan' sesuai dan ketaatan. Pasangan kata yang menarik lainnya adalah 'informasi' dan 'disinformasi'. Ellul (1973: 112) menyatakan bahwa tidak mungkin untuk membedakan dengan jelas antara propaganda dan informasi. Jowett dan O'Donnell (1999: 18), namun, arahkan ke hubungan yang erat antara disinformasi dan propaganda. 'Berat bias informasi selektif' akan sering menjadi deskripsi pas isi propaganda. disinformasi yang disengaja adalah propaganda yang paling mudah untuk mengkategorikan seperti itu. Propaganda sering melibatkan memanfaatkan konvensi retorika. Telah berpendapat bahwa: "The pidato jujur tidak memiliki nama terpisah untuk membedakan dia dari tidak jujur '(Aristoteles 1941: 1318). Di sini, retorika telah didefinisikan sebagai 'fakultas mengamati dalam setiap kasus mengingat sarana yang tersedia persuasi, persuasi yang berpotensi - dan idealnya -. Hasil dari proses komunikatif interaktif' Retorika merupakan kesempatan bagi musyawarah, dan pemahaman umum dari fenomena sering dicari. Dalam apa yang merupakan diskusi yang tulus, semua peserta harus bersedia untuk menyesuaikan garis aksi mereka, jika counterarguments meyakinkan untuk posisi awal mereka disajikan (Midgaard et al 1973:. 98-105). Dalam hal ini, persuasi danpropaganda berbeda, karena propagandis berusaha untuk mengarahkan perilaku, terlepas dari apapun counterarguments. Retorika harus didefinisikan sehingga tidak termasuk dogmatisme. Dogmatisme adalah tentang 'memegang keyakinan seseorang yang sangat kuat dan mengharapkan orang lain untuk menerima mereka tanpa pertanyaan' (Longmans 1992: 375). Sebuah kondisi yang merupakan untuk mendengarkan argumen orang lain adalah bahwa orang tersebut akan mendengarkan - dan memberikan pertimbangan nyata untuk - setiap counterarguments atau perspektif alternatif yang mungkin hadir. Gagasan rasionalitas komunikatif dan gagasan bahwa speaker akan menyerah pada kekuatan argumen yang lebih baik berkaitan dengan aspek retorika (Habermas 1984: 25). Jika konvensi ini - atau perjanjian implisit - tidak ditaati, maka tidak akan ada perdebatan nyata. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, retorika - atau bentuk komunikasi dua arah - disfungsional. Ini mungkin berubah menjadi serangkaian monolog non-terkait, karena memang kadang-kadang terjadi dalam debat politik partisan. Dalam masyarakat kontemporer, istilah 'retorika' sering memiliki konotasi negatif belum tentu tersirat makna aslinya (berasal dari bahasa Yunani untuk 'orator' dan terkait dengan makna istilah 'kata'). Sebagaimana dicatat oleh Taithe & Thorton (1993: 3), banyak orang telah kehilangan 'tujuan sebenarnya dari retorika, yang meyakinkan dan membujuk, berlaku untuk mengakhiri perselisihan dan besi keluar perbedaan pendapat melalui argumen beralasan'. Propaganda, sebaliknya, biasanya berusaha untuk menghilangkan perbedaan pendapat tanpa diskusi. Perbedaan penting antara retorika dan propaganda adalah bahwa yang terakhir tidak perlu mendukung pandangan atau persepsi ia menyebar ke penonton: memang, ia mungkin menyadari bahwa mereka adalah palsu. "Dia harus, tentu saja, percaya pada penyebab dia melayani, tapi tidak dalam argumen tertentu nya '(Ellul 1973: 24). Apa kepentingan nyata untuk propaganda adalah bahwa itu adalah dalam kepentingan jika persepsi tersebut diterima oleh propagandee tersebut. Daniel Lerner berpendapat, 'propagandis tidak memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya karena mereka secara pribadi jujur, lebih dari yang mereka memutuskan untuk berbohong karena mereka tidak jujur' (dikutip dalam Taylor 1997: 158). pilihan mereka kata-kata, debatingtechniques dan argumen sepenuhnya soal strategi. Eufemisme untuk propaganda Kredibilitas speaker dan sikap penonton terhadap pesan dipengaruhi secara negatif jika pesan dikategorikan sebagai propaganda, sehingga kebanyakan orang enggan untuk dicap sebagai propagandis. Akibatnya, label lebih diinginkan dibangun oleh orang-orang yang sebenarnya membuat propaganda. Hal ini biasanya propaganda sangat miskin jika sumber itu sendiri mengakui bahwa itu sebenarnya yang menyebar propaganda Dalam beberapa dekade terakhir, 'berputar' telah menjadi istilah umum dalam masyarakat sipil, khususnya dalam politik. Spin melibatkan manipulasi informasi politik dan sering diterapkan oleh tokoh-tokoh politik dan partai. Spin memiliki hubungannya dengan politik 'menjual'. Ini beroperasi di zona abu-abu antara retorika dan propaganda, dan secara luas diterima sebagai alat yang semua 'image-pembangun' harus berlaku. Jowett & O'Donnell (1999: 3) mendefinisikan berputar sebagai berikut: Spin adalah strategi yang terkoordinasi untuk meminimalkan informasi negatif dan hadir dalam cahaya yang baik cerita yang merusak Istilah 'spin doctor' mengacu pada ahli komunikasi dan penasihat yang mengkhususkan diri dalam informasi 'berputar' tentang klien mereka. Intrusi hubungan masyarakat dalam politik berarti mengatur sekarang termasuk melakukan kampanye permanen (Blumenthal 1980: 7). Logika dan intensitas kampanye pemilu dan pemasaran ofensif telah dibuat wajib manajemen persepsi bagi para politisi. Berikut kata-kata Blumenthal harus diingat: 'Persepsi tidak nyata hanya karena mereka dibuat' (ibid: 5). Untuk perasa, persepsi yang tidak benar hanya sebagai nyata seperti yang benar. manajemen persepsi adalah, untuk semua tujuan praktis, politik nyata. Sebuah pemerintah juga perlu merawat citranya di luar negeri. diplomasi publik (PD) yang, secara umum, 'tugas berkomunikasi dengan publik di luar negeri' (Leonard 2002: 48). Leonard, yang telah melakukan penelitian yang luas di PD, berpendapat: 'diplomasi publik tidak hanya memberikan pesan kepada audiens; itu adalah tentang mendapatkan hasil '(ibid: 52). Hal ini menunjukkan bahwa PD, seperti propaganda, adalah instrumental dan strategis, dan bahwa komunikasi bekerja secara sistematis menuju tujuan yang sudah ditetapkan sebelum proses komunikasi. Label PD diperkirakan telah berevolusi dalam lingkaran di sekitar pusat diplomasi publik dari Fletcher School of Law dan Diplomasi di Tufts University, didirikan pada tahun 1965. Manheim (1994: 3 -4) membedakan PD dari bentuk-bentuk diplomasi. kekhawatiran PD pemerintah-ke-orang kontak, dan ini berbeda dari pemerintah-togovernment lebih tradisional, diplomat-to-diplomat dan orang-ke-orang kontak. Manheim (1994: 5) menawarkan definisi berbuah PD: Diplomasi publik adalah suatu proses pemerintah berkomunikasi dengan publik asing dalam upaya untuk membawa memahami ide-ide bangsanya dan cita-cita, lembaga dan budaya, serta tujuan nasional dan kebijakan saat ini. Meskipun sebagian besar PD dapat diberi label sebagai propaganda putih, ada unsur-unsur yang membedakannya dari propaganda. Contoh yang paling mencolok adalah panggilan untuk 'mengembangkan hubungan yang langgeng dengan individu kunci melalui beasiswa, pertukaran, pelatihan, seminar, konferensi, dan akses ke saluran media' (Leonard 2002: 51). Program pertukaran Fulbright adalah contoh yang baik dari PD yang tidak propaganda seperti itu. Adalah wajar untuk mengakui bahwa hubungan seperti antara pemimpin opini dan pejabat pemerintah dapat memotong kedua cara. Propaganda diterapkan untuk perilaku langsung, jadi ketika ada keraguan nyata siapa yang mengarahkan yang perilakunya, kita tidak berurusan dengan propaganda seperti yang didefinisikan di sini. Perlu dicatat bahwa PD kadang-kadang benar-benar bekerja terhadap pembinaan views bersama dan pemahaman bersama. Situasi komunikasi PD sering berbeda dari propaganda. Propaganda di sini dipahami sebagai satu arah, komunikasi mendorong-down massa. Sedangkan propaganda tidak mendorong diskusi, diplomasi publik bukanlah jalan satu arah (Cull et al 2003:. 327). Salah satu cara untuk melihat PD adalah untuk menghubungkannya dengan ide Joseph Nye soft power: 'Soft Power adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam urusan internasional melalui atraksi daripada paksaan' (Nye 1996: 21). Jika negara dapat mencapai tujuan mereka melalui diplomasi publik daripada melalui pemaksaan, ini akan menjadi sebuah contoh dari berolahraga soft power. penghindaran seperti konfrontasi mengganggu mengingat dogma militer diamati oleh Sun Tzu pada abad 5 SM: 'Maha keunggulan terdiri dalam memecahkan resistance musuh tanpa pertempuran' (Sun Tzu 1963: 48). Propaganda dalam perang melawan terorisme Setelah menetapkan definisi propaganda, dan menunjukkan beberapa perbedaan utama antara propaganda dan sinonim dan eufemisme, mari kita lihat beberapa contoh empiris dari politik internasional di mana definisi tersebut dan perbedaan penting. Perang melawan terorisme berlangsung di panggung politik internasional, dengan konsekuensi untuk hampir semua bidang lain dari politik internasional. Setelah peristiwa 9/11, propaganda menjadi fitur utama dari 'perang melawan terorisme' (Cull et al 2003:. Xx). Setelah seorang aktor telah memutuskan untuk meluncurkan kampanye propaganda, strategi propaganda diperlukan. Sebuah strategi 'di sini dipahami sebagai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebuah strategi propaganda akan memiliki karakteristik linguistik atau argumentatif tertentu, dan akan cenderung mengandalkan satu atau lebih perangkat propaganda - sub-unit yang membentuk strategi propaganda. Sebuah perangkat propaganda didefinisikan sebagai struktur argumen - atau gaya - yang melebihi batas retorika. Pendekatan yang dipilih di sini adalah kutipan berbasis. Salah satu harus mampu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang propaganda dengan menunjukkan bukti tekstual yang kredibel untuk klaim seperti itu: tidak cukup hanya untuk mengatakan bahwa pidato ini atau paragraf yang bersifat propaganda. Tiga contoh empiris strategi propaganda akan disajikan di bawah ini. Ketiga strategi yang dirancang untuk mengarahkan perilaku masyarakat, karena mereka semua diadopsi untuk menghasilkan dukungan publik untuk perang melawan terorisme. Strategi pertama dimaksudkan untuk mengatasi perdebatan tentang perang melawan terorisme. kedua mencoba untuk menyebarkan persepsi bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal (WMD) yang ketiga adalah upaya untuk menghubungkan bersama tahap pertama (Afghanistan) dengan tahap kedua (Irak) dari perang melawan terorisme. kampanye pengeboman Irak dimulai pada 19 Maret. Lima kutipan muncul dalam urutan kronologis bawah: 1. Untuk orang-orang yang menakut-nakuti orang yang cinta damai dengan hilang kebebasan; Pesan saya adalah ini: taktik Anda hanya teroris yaitu bantuan untuk mereka menahan persatuan nasional dan mengurangi tekad kita. Mereka memberikan amunisi kepada musuh-musuh Amerika (Ashcroft, 6 Desember 2001). 2. Secara sederhana, tidak ada keraguan bahwa Saddam Hussein sekarang memiliki senjata pemusnah massal.Tidak ada keraguan ia mengumpulkan mereka untuk melawan teman-teman kita, melawan sekutu kami, dan melawan kita (Cheney, 26 Agustus 2002). 3. Tidak ada perdebatan di dunia, apakah mereka memiliki senjata-senjata, Tidak ada perdebatan di dunia, apakah mereka terus mengembangkan dan memperoleh senjata, kiita semua tahu bahwa mereka semua terlatih Yang harus Anda lakukan adalah membaca koran. (Rumsfeld, 13 September 2002). 4. Tidak ada keraguan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata biologi dan kemampuan untuk cepat menghasilkan lebih banyak lagi. Kita tahu bahwa Saddam Hussein bertekad untuk menjaga senjata pemusnah massal; dia bertekad untuk membuat lebih banyak (Powell, 5 Pebruari 2003). 5. Intelijen yang dikumpulkan oleh sekutu dan pemerintah lainnya, serta tidak meninggalkan keraguan bahwa rezim Irak terus memiliki dan menyembunyikan beberapa senjata paling mematikan yang pernah disusun. (Bush, 17 Maret 2003) Quote 1 sedikit berbeda dari yang lain. Ini adalah contoh dari jenis kecaman dan serangan verbal menumpuk pada mereka yang mengkritik pemerintahan Bush pada tahun 2001. Diskusi-penghentian yang dilakukan secara terang-terangan tersebut tidak berkelanjutan untuk waktu yang lama. Suara para pembangkang akhirnya muncul ke permukaan, dan aura kesesuaian politik nyata berikut 9/11 tidak bisa bertahan. Eempat tahun kemudian, pemikiran di Amerika Serikat benar-benar berbeda ketika badai Katrina melanda Louisiana: Perbedaan penting antara badai dan serangan 11 September: Demokrat muncul untuk dapat mempertanyakan kompetensi pemerintahan tanpa membuka diri untuk serangan terhadap patriotisme mereka (Nagourney & Hulse 2005). Ketika patriotisme etnosentris berbatasan dengan nasionalisme terus meningkat, berpikir kritis, keragaman dan kebebasan sejati berekspresi sering hilang keberadaannya. Peristiwa mengejutkan 9/11 membawa Amerika ke dalam pemerintahan yang taat dan benar. Pemerintahan Bush memanfaaatkan momentum ini melalui strategi propagandadan membuat rata-rata sikap loyal kepada pemerintahan, sebagai gagasan persatuan dan patriotisme nasional berkurang, begitu pula ruangan pemerintahan Bush untuk melakukan manuver. Sebuah gagasan inti dari lima pernyataan yang disebutkan tadi adalah bahwa mereka dirancang untuk mengakhiri diskusi antara Bush, Powell dan Cheney. Sebagian cerita berlangsung, sebenarnya ada alasan kuat untuk memiliki keraguan tentang penilaian dari WMD di Irak, namun demikian, pemerintahan Bush berusaha untuk mengabaikan klaim tersebut dengan shortcircuiting (pemotongan) perdebatan. Rumsfeld pergi sejauh untuk mengklaim bahwa tidak ada bahkan setiap perdebatan tentang hal ini bahkan menunjukkan bahwa orang-orang yang berbeda dengan dia berada di bawah tingkat yang kurang terlatih. Rumsfeld kemudian mengklaim bahwa ia tahu di mana WMD disimpan: “Kami tahu di mana mereka berada. Mereka berada di daerah sekitar Tikrit dan Baghdad dan timur, barat, selatan dan utara Irak '(Rumsfeld, 30 Maret 2003).”Pernyataan itu adalah kebohongan polos. Faktanya bahwa informasi yang disajikan dalam tanda kutip itu tidak benar, menyesatkan dan palsu serta mengarah pada kesimpulan bahwa mereka benar termasuk dalam kategori propaganda abu-abu seperti yang dijelaskan di atas. Kadang-kadang tampaknya bahwa pemerintahan Bush berusaha untuk menghasilkan dukungan untuk memerangi serta melucuti senjata Irak dengan cara apapun.Dalam proses yang mereka adopsi yaitu propaganda klasik yang disebut ‘kekeliruan dan tidak mungkin pasti’. Hal ini berpandangan ‘Menyatakan sebagai fakta apa yang tidak mungkin diketahui untuk menjadi kenyataan' (Sandor 2001: 135). Apakah pemerintahan Bush sengaja menyesatkan dan berbohong? Belum tentu, dan setidaknya tidak sepanjang waktu. Anggotanya tidak melakukan apa-apa untuk mengungkapkan kepastian berdasar tentang keberadaan WMD di Irak. Mereka tidak tahu apa-apa, tapi masih mengklaim bahwa mereka tahu. Kedua strategi propaganda tersebut terbukti cukup efektif pada warga Amerika dan media massa di AS dan Yang sangat terkenal Washington Post, beritanya benar-benar diterima mengenai persepsi bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal dan mengumumkan mengenai pemerintahan Bush untuk menyerukan perang di sebuah beritayang berjudul ‘Tak Terbantahkan’ yang dicetak pada hari presentasi Powell di PBB. Dampaknya tentu saja jelas yaitu terjadi penghentian pembahasan Powell kepada PBB, sejak Washington Post menulis: 'sulit untuk membayangkan bagaimana orang bisa meragukan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal ' (Solomon 2005:46). Itu adalah contoh mengatakan jurnalisme yang jujur dan komunikasi strategis yang efektif , ketika wartawanWashington Post Mary McGrory pada hari yang sama mengaku tentang pidato Powell dan berkata : ‘Dia meyakinkan saya’ Dari Afghanistan ke Irak Lima laporan yang disajikan di atas tanggal fasenya yang berbeda dari perang melawan teroris. Strategi propaganda penting dalam perang melawan terorisme yang bertujuan untuk menghubungkan fase ini yang berbeda bersama-sama. Untuk tujuan tersebut, perangkat propaganda disebut dengan transfer dan sangat berguna Hal ini melibatkan transfer atribusi dan / atau konotasi dari satu fenomena ke fenomena lain. Untuk memenuhi syarat sebagai propaganda, koneksi didirikan dan harus dari jenis yang meragukan koneksi meragukan ini dapat dibentuk untuk mempromosikan tujuan baik jinak dan mengerikan. Aplikasi transfer sangat penting dalam menempatkan perang di Irak dan tegas perang melawan terorisme yaitu dengan Cukup dengan menyebutkan Irak dan Al Qaeda bersama-sama dalam kalimat yang sama, berulang, dan pesanpun berhasil disampaikan (Rampton & Stauber 2003:96). Berikut adalah beberapa pernyataan yang memberikan kontribusi untuk transfer secara komprehensif dengan menghubungkan bersama-sama tentang al-Qaeda, Saddam Hussein dan Irak: 1. Dia [Saddam] adalah ancaman karena ia berurusan dengan al Qaeda. (Bush, 7 November 2002) 2. Kita tahu bahwa dia [Saddam] memiliki hubungan jangka panjang dengan berbagai kelompok teroris, termasuk organisasi al-Qaeda. (Cheney, 16 Maret 2003) 3. [Irak] telah dibantu, terlatih dan memendam teroris, termasuk koperasi dari al Qaeda. (Bush, 17 Maret 2003) 4. Kita berperang melawan teror di Irak dan di bidang lain ... (Bush, 2 Juni 2004) Pemerintahan Bush mencoba untuk 'mencemari' Irak dengan representasi negatif berhubugan dengan al Qaeda dan Taliban, tujuannya adalah bukan untuk membuktikan sebuah pernyataan tapi untuk menyamakan Irak dengan Al Qaeda (Corn 2003: 218). Tabel 1 menunjukkan entitas yang terlibat dalam transfer cukup diterapkan: Tabel 1 Tahap Pertama Tahap Kedua Memerangi teroris Osama Bin Laden Afganistan Taliban Al-Qaeda adalah teroris Respon untuk menyerang Memerangi Irak Sadam Husen Iraq Partai Baath Irak adalah negara teroris Pencegahan Peperangan Propaganda tahap awal perang melawan terorisme telah berhasil dikhususkan segala sesuatu di kolom kiri sebagai target yang sah atau program aksi. Hanya ada kritik kecil, dalam Amerika Serikat dan luar negeri, perang di Afghanistan. Itu penting bagi pemerintahan Bush bahwa musuh baru harus menerima status yang sama, sehingga penggunaan berulang transfer adalah pilihan alami perangkat propaganda. Pendekatan ini sangat sesuai dengan prinsip teori skema, perang di Irak dapat difasilitasi oleh skema yang ada diwakili oleh kolom kiri Tabel 1. Upaya untuk menghubungkan fenomena yang terpisah adalah sistematis, amun hanya sebagian yang sukses. Banyak orang, terutama di luar Amerika Serikat mulai mempertanyakan apakah Irak sebenarnya bagian dari perang melawan terorisme. Apakah benar-benar ada terorism yang perlu dikhawatirkan dari Irak? Richard Clarke (2004a: 231) Kesimpulan Kami telah membandingkan dan terlihat berbagai varian komunikasi politik strategis untuk propaganda. Definisi propaganda yang digunakan di sini menekankan propaganda yang tidak seperti retorika, adalah dengan sifat bermusuhan dengan diskusi. Seorang propagandis tidak memiliki kepentingan dalam menyesuaikan pandangannya atau tindakan yang disarankan untuk mengakomodasi pandangan dan kebutuhan orang lain, tapi sebaliknya retorika memiliki potensi untuk pertukaran musyawarah tersebut. Retorika tidak perlu selalu memiliki dimensi seperti itu, dan retorika dan propaganda tumpang tindih sampai batas tertentu. Propaganda paling baik dipahami sebagai suatu teknik, tetapi yang paling mudah dikenali ketika isinya merupakan penipuan atau disinformasi. Antara propagandis dan propagandee ada paling sering asimetri menarik, tapi aspek ini harus dijauhkan dari definisi propaganda. Menentukan propaganda yang merupakan bentuk komunikasi massa lebih berbuah sebagai pendekatan akademis. Komunikasi di sini didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan, dan politik tanpa komunikasi tidak terpikirkan, Akibatnya, ketergantungan pada ahli komunikasi dan spin-dokter tidak dapat dihindari bagi politisi. Ini semua bagian dari apa yang telah menjadi kampanye permanen pemerintahan. Propaganda adalah fenomena yang beragam, yang mungkin mengakui kategorisasi lebih lanjut dan spesifikasi. Sebuah tipologi yang membedakan antara putih, abu-abu dan hitam propaganda adalah salah satu cara untuk melakukan itu. Berkaitan kategori-kategori untuk diplomasi publik, kita melihat bahwa kesamaan antara diplomasi publik dan propaganda putih yang besar. Namun, itu akan menjadi tidak tepat untuk merek semua PD sebagai propaganda, karena belum tentu satu arah, bentuk turun naik dari komunikasi massa (Peterson 2002: 81). Anggota kunci pemerintahan Bush berusaha untuk menghasilkan dukungan bagi perang di Irak melalui quashing perdebatan tentang hal itu. Mereka menyebarkan persepsi bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal. Mereka menyatakan kepastian berdasar pada isu WMD. Strategi propaganda ini menjadi bumerang pada administrasi ketika saham mereka sampai bukan saham besar WMD tertahan di Irak. Transfer adalah perangkat propaganda utama yang digunakan untuk menghubungkan fase bersama-sama berbeda dari perang melawan terorisme. Upaya dilakukan untuk memanfaatkan dukungan publik yang besar untuk perang di Afghanistan untuk menghasilkan dukungan untuk perang terhadap Irak. Namun, hubungan antara dua perang yang tidak jelas seperti pemerintahan Bush mengklaim. Judith Yaphe, seorang analis CIA selama 20 tahun, meletakkannya tepat: "Kau meninggalkan hanya mendengar kata benda, dan menempatkan mereka bersama-sama '(Corn 2003: 234). Pada tahap awal, itu sangat sulit untuk menyuarakan oposisi terhadap perang melawan terorisme. Kemudian, sebagai perang mahal di Irak berlangsung, dan strategi propaganda pemerintahan yang semakin terbuka, suara-suara kritis mendapatkan momentum di Amerika Serikat. Pada bulan November 2005, juga Dick Cheney harus mengakui bahwa ada memang perdebatan tentang aspek-aspek penting dari perang melawan terorisme. Apakah komentar itu adalah manuver retoris yang diperlukan dipaksa oleh tekanan dan kritik, atau indikasi sikap yang lebih deliberatif pada sikap untuk perang terhadap terorisme masih belum diketahui. Pembicaraan terakhir Cheney di think-tank American Enterprise Institute, bagaimanapun, mewakili pergeseran dalam komunikasi strategis pemerintahan Bush: Saya tidak percaya itu salah untuk mengkritik perang melawan teror atau aspek daripadanya. Ketidaksepakatan, argumen, dan perdebatan adalah inti dari demokrasi, dan tidak satupun dari kita harus menginginkannya dengan cara lain (Cheney, 21 November 2005).